Ringkasan Buku : KITAB NABI-NABI PERJANJIAN LAMA
I.
IDENTITAS
BUKU
a. Judul
Buku : KITAB NABI-NABI PERJANJIAN
LAMA
b. Penulis : C. Hassel Bullock
c. Penerbit : Gandum Mas
d. Tebal : 431 hlm
e. Tahun Terbit : 2009 (Cetakan Kedua)
II.
RINGKASAN
& POINT PENTING
Pendahuluan
Ada
empat istilah diterapkan kepada para individu yang menunjukkan sifat kenabian:
“manusia Allah” (ish ha-elohim), “pelihat”
(ro’eh), “orang yang melihat
penglihatan” (hozeh), dan “nabi” (nabi).[1]
Panggilan
Yahweh merupakan tanda legitimasi dan mandat resmi bagi para nabi. Ada empat
kekuatan yang bekerja di dalam kebudayaan yang membentuk nabi dan dibentuk oleh
mereka: peristiwa-peristiwa sejarah, monarkhi, penyembahan berhala dan
penindasan sosial.
Isi
kitab-kitab nabi terbagi dalam lima klasifikasi sastra: sabda Tuhan,
penglihatan, puisi, prosa, cerita biografi, dan cerita autobiografi.
Bagian
I: Nabi-Nabi Periode Neo-Asyur
YUNUS:
Pengantar Kepada Para Nabi
Penulis menggunakan Yunus untuk pendahuluan sebagai
pengantar kepada para nabi dan bukan dimulai dengan Amos, hal ini ditentukan
oleh tiga pertimbangan, yaitu: tanggal awal yang ditetapkan untuk Yunus oleh
penulis Kitab Raja-raja (II Raj 14:25), tekanan kitab ini pada karir kenabian,
dan sifat transisi nubuat Yunus dari model pra-klasik ke klasik.
Ada tiga aliran utama mengenai bentuk sastra Kitab Yunus, dengan variasi dalam tiap aliran tersebut.[2] Jenis-jenis aliran tersebut adalah alegori, perumpamaan, dan sejarah. Masalah yang telah dinyatakan sebagai hambatan-hambatan terhadap kesejarahan kitab ini adalah yang berkaitan dengan Niniwe dan mukjizat-mukjizat dalam kisah itu. Tujuan kitab ini adalah untuk menegaskan kehendak Allah yang tidak tertahankan dalam dunia ciptaan-Nya.
AMOS:
Panggilan Untuk Ketaatan Moral
Dengan
Amos, nubuat Ibrani mencapai tingkat yang baru. Karakter moral agama Ibrani
tergabung dalam struktur nubuat-nubuatnya.[3] Amos menerapkan prinsip
teologis tersebut kepada Kerajaan Utara dan menetapkan suatu standar bagi para
penggantinya. Amos adalah seorang gembala. Pelayanannya terjadi pada masa
pemerintahan Uzia di Yehuda dan Yerobeam di Israel dan dua tahun sebelum gempa
bumi.
Rancangan tulisan Kitab Amos terdiri dari dua pusat tulisan, yakni: sabda-sabda Tuhan dan penglihatan-penglihatan.
HOSEA:
Dilema Seorang Nabi
Hosea
juga memberikan contoh dilema seorang nabi Israel pada zaman kuno, jika tidak
lebih baik daripada para nabi yang kitabnya terdapat dalam Perjanjian Lama.
Karena menyadari bahwa dirinya telah dipegang oleh Allah, suatu pengetahuan
yang mendominasi kegiatan nabi itu, nabi Ibrani juga dikuasai oleh kasih yang
kuat terhadap bangsanya.
Melalui pasal 1 dan 3 pembaca memperoleh informasi sang tokoh. Pelayanan Hosea diperkirakan sekitar tahun 752-724 SM. Bentuk teks Masoret dan bentuk yang dihasilkan dalam bahasa Inggris modern, dan karya-karya para pakar menunjukkan sebagian kitab ini ditulis sebagai puisi. Amanat Hosea tertanam dalam masa lalu Israel, di mana Yahweh telah menyatakan kasih-Nya bagi umat-Nya dengan memanggil Israel keluar dari Mesir (11:1).[4]
MIKHA:
Penghukuman, Harapan, dan Janji
Pola
ancaman atau janji menjadi ciri khas rencana kitab ini. Namun, permulaan
bagian-bagian utamanya telah ditandai oleh bentuk perintah “Dengarlah”, yang
memberikan pembagian I (pasal 1-2), II (3-5), III (6-7).
Dengan demikian menunjukkan bahwa tiap-tiap bagian dibuka dengan sabda tentang malapetaka (1:2 – 2:11; 3; 6:1 – 7:6) dan berakhir dengan sabda tentang pengharapan (2:12-13; 4-5; 7:7:20).[5] Sehingga kitab ini menunujukkan kesimetrisannya yang seimbang, yang terdiri atas empat perikop.
YESAYA:
Nabi Yang Tiada Tandingnya
Yesaya
adalah nabi yang tertinggi tiada tandingannya pada zaman nabi klasik. Tidak ada
nabi pada masanya yang memahami sepenuhnya ancaman Asyur dan implikasinya akan
masa kini yang dekat serta masa depan yang jauh. Bidang visi nubuatnya luas, hingga
ke zamann Mesias, ketika pengharapan dan tujuan Israel tergenapi dalam Kristus.
Teologi
Yesaya yang bentuknya padat dan ringkas tercakup dalam dua gagasan (frasa).
“Umatku” dan Yang Mahakudus”, Allah Israel” (1:3-4).[6] Istilah pertama adalah
meterai pernyataan bahwa Tuhan berhak atas Israel, yang menyatakan secara tak
langsung hubungan perjanjian Israel dengan Dia. Sedangkan istilah kedua
menekankan kekhususan Yahweh dan mengasingkan Dia Israel.
Bagian
II: Para Nabi Dari Periode Neo-Babilonia
ZEFANYA:
Profil Sebuah Bangsa
Masa pemerintahan
yang panjang dari Manasye, putra Hizkia yang jahat, membalikan hal-hal yang
baik yang telah dilaksanakan oleh Hizkia. Kekacauan perihal penyembahan kafir
dan Yahweh dicerminkan Zefanya 1:4-5.
Profilnya tentang bangsa
Yehuda ditandai oleh pengenalan yang cerdas. Penafsiran Zefanya tentang sikap
agama masyarakat itu mencakup kesadaran bahwa hati orang-orang itu telah tidak
aktif lagi, dan mereka berpikir bahwa Yahweh juga tidak aktif lagi.[7]
HABAKUK:
Nabi Transisi
Habakuk adalah
nabi peralihan karena ia memusatkan perhatian pada peruntungan politik di
dunianya yang sedang berubah, perlaihan dari periode Neo-Asyur ke Neo-Babel.[8] Selanjutnya, Habakuk
mengisyaratkan gerakan peralihan dalam pemikiran orang Israel. Habakuk
bermeditasi dan berbicara kepada Allah tentang soal-soal Yehuda dan bukannya
kepada Yehuda tentang soal-soal Allah. Habakuk bertanya, “Mengapa?” sebuah
pertanyaan yang jarang diajukan oleh para nabi kepada Yahweh. Dalam hal itu
mengisyaratkan peralihan ke suatu gerakan pemikiran yang lain, dari pemikiran
kenabian kepada spekulasi kebijaksanaan.
YEREMIA:
Nabi Bagi Bangsa-Bangsa
Jangkauan
pelayanan Yeremia meluas melampaui Yehuda, negeri asalnya, kepada
bangsa-bangsa. Karena para nabi yang lain belum mengarahkan pandangannya
melampaui batas-batas bangsa Isreal. Namun, Yeremia menonjol diantara nabi-nabi
dalam hal Yahweh secara khusus mengangkat dia sebagai “nabi bagi
bangsa-bangsa”.[9]
Ucapan-ucapan ilahi melawan bangsa-bangsa pada akhir kitab ini, sebagian
membenarkan uraian tugasnya. Dan dibuktikan juga bahwa Yeremia berkomunikasi
dengan dengan raja-raja Negara lain dalam peranannya sebagai nabi bagi
bangsa-bagsa.
NAHUM:
Kenyataan Penghukuman
Hanya dalam Nahum
dan Obaja akan ditemukan nabi yang asyik dengan pesannya melawan suatu bangsa
yang asing. Tetapi, Nahum membedakan diri dengan Obaja, dalam hal peristiwa
yang bersifat mempertahankan dan memberikan para pendengarnya suatu pengalaman
audio visual dengan menggunakan gaya puitisnya yang kuat. Nahum menggambarkan
lukisan kata tentang penghukuman yang akan dilakukan Tuhan terhadap Niniwe,
ibukota Asyur.[10]
YEHEZKIEL:
Bergabungnya Dua Lingkaran
Yehezkiel
menggabungkan dua sisi pokok pikiran, atau peranan klasik, dalam sejarah orang
Israel. Gabungan nabi dan imam bertemu dalam diri Yehezkiel;[11] sulit dikatakan bahwa
fungsi yang satu melayani fungsi yang lain. Meskipun unsur keagamaan kuat dalam
kitab ini, Yehezkiel terutama adalah seorang nabi. Tiap-tiap jabatan itu
mempunyai fungsi keagamaan yang jelas dalam kehidupan bangsa Israel, jadi
bersama-sama kedua jabatan itu secara teoritis dapat mengantar mesuk kerajaan
itu dengan kekuatan yang jauh lebih besar.
OBAJA:
Hari Tuhan Bagi Edom
Hari Tuhan
merupakan suatu konsep yang tak menyenangkan dalam pemikiran nubuat. Obaja
melihat dari tempat yang menguntungkan pada bencana yang menimpa Yerusalem
meninjau tragedi itu, dan mengumumkan bahwa Hari Tuhan sudah dekat bagi
bangsa-bangsa, dan terutama bagi Edom (15). Kitab Obaja, pada dasarnya
merupakan penghukuman atas Edom,[12] yang sesuai pada umumnya
dengan ucapan-ucapan ilahi yang nasional. Tidak ada kata-kata penghiburan atau
harapan muncul bagi Edom. Namun pengaruh ucapan ilahi itu bagi Yehuda sangatlah
menghibur. Obaja menubuatkan pemulangan dari pembuangan.
RATAPAN:
Renungan Jiwa
Kitab ini yang
penuh dengan penyesalan dan penebusan dosa, membuka jiwa Yehuda bagi Tuhan dan
manusia. Pengakuan dosa yang jujur, keyakinan bahwa Yahweh adalah Hakim dan
Penebus, serta harapan akan kasih setia yang diperbarui setiap pagi merupakan
batu landasan yang diatasnya Israel yang diperbarui dapat berdiri. Jiwa Israel
dihidupkan kembali sebab ia menyesali dosa-dosanya dan berharap pada Tuhan.
Kitab Ratapan menyingkapkan jiwa itu, dipermalukan oleh dosa dan dimuliakan
oleh anugrah kepada semua manusia.[13]
Bagian
III: Nabi-Nabi Dari Periode Persia
DANIEL:
Saksi Di Babel
Daniel dibuang ke
Babel pada tahun 605 SM, ketika Nebukadnezar menyerang Yehuda. Dia hidup sampai
tua, seperti yang dibuktikan oleh kegiatannya pada masa pemerintahan Belsyasar
dari Babel dan Koresy Agung.[14]
HAGAI:
Bait Allah Dan Masa Depan
Keputusan Koresy pada
tahun 538 membawa badai optimisme yang dahsyat. Hagai terdorong dan
memanfaatkan situasi optimisme tersebut untuk membangun kembali Bait Allah.
Keuntungannya mulai tampak ketika ucapan ilahinya ditanggapi dengan ketaatan
oleh gubernur negeri itu, imam besar, dan sisa bagsa itu. Selain Yehezkiel
tidak ada nabi lain yang lebih bersemangat daripada Hagai untuk membangun Bait
Allah. Bait Allah merupakan simbol bahwa masyarakat itu telah dipulihkan kepada
perkenan Allah.[15]
ZAKHARIA:
Nabi Kerajaan Baru
Zakharia sangat
berarti pada masa pasca-pembuangan, ia menyusun garis besar program pemugaran
yang berpusat pada Bait Allah dan keimaman, serta mengisi banyak detail tentang
masalah eskatologis yang akan datang. Dengan keinginan yang mendesak untuk
mendirikan kerajaan yang bertahan, ia menyatakan Tuhan sebagai raja atas Yehuda
dan menjanjikan Dia akan menjadi raja atas semua bangsa.[16]
YOEL:
Hari Keputusan
Hembusan angina
segar dari Roh bertiup melalui ucapan ilahi Yoel, memperbarui harapan yang
terlalu cepat berkurang di Yehuda kuno. Waktu mengambil keputusan telah tiba,[17] Yoel memanggil Israel
untuk mengambil keputusan melalui perintahnya yang banyak. Nubuat Yoel tentang
pencurahan Roh, ketika pria dan wanita secara universal akan bergabung dengan
kelompok para nabi, adalah suatu kesaksian kolosal terhadap kebenaran tersebut.
Bahkan tulah belalang yang merusak, pertanda Hari Tuhan, seperti peristiwa pembuangan
yang membiarkan Yehuda terhuyung-huyung dalam kemabukan yang penuh amarah,
hanya menutup satu pasal yang mengecewakan dan membuka pasal lain yang penuh
harapan.
MALEAKHI:
Nabi Yang Memberitakan Kasih Perjanjian
Maleakhi yang
dengan berterus terang dan berbicara berapi-api tentang penyalahgunaan agama
sama seperti Yesaya, telah muncul pada waktu terjadi, kemerosotan sosial dan
kemunduran rohani. Seperti Hosea, ia menyampaikan amanat yang tegas akan kasih
Allah bagi Israel, yang dilakukan lagi dalam perkara-perkara ajaib seperti pada
abad yang lampau. Teologinya, yang sebagian besar didasarkan pada Kitab
Ulangan, berpusat pada sifat kasih YHWH yang tak bersyarat. Namun kasih “tak
bersyarat” ini bukan berarti tanpa tuntutan. Kelalaian dalam menaati ketentuan
agama serta perintah-perintah moral memperlihatkan bagaimana Israel menyalahgunakan
kasih perjanjian YHWH.[18]
III.
KELEBIHAN
1. Dalam
penyusunan buku, penulis mengikuti garis sejarah melalui nabi-nabi yang
kitabnya terdapat dalam Perjanjian Lama. Ketimbang membahasnya menurut urutan
dalam kanon. Dengan demikian para pembaca dapat melihat lebih jauh hubungan
budaya, teologis, dan sejarah yang ada di antara nabi-nabi kanonik.
2. Penulis
menggunakan argumen beberapa pakar sebagai pembanding atau pun penguat dalam
menuangkan pikiran ilmiahnya. Jadi, materi yang disajikan bersifat padat dan
reliable.
IV.
KELEMAHAN
Ada
beberapa penjelasan pokok bahasan yang seolah-olah tidak diselesaikan oleh
penulis (masih menggantung).
V.
KESIMPULAN
Para
nabi yang kitabnya terdapat dalam Perjanjian Lama memusatkan perhatian kepada
tiga pusat sejarah, yakni:
Kategori
pertama, mencakup para nabi dari kurun waktu Neo-Asyur, yang perhatiannya jatuh
pada peristiwa-peristiwa yang mengarah ke kondisi-kondisi yang terjadi setelah
kejatuhan Kerajaan Utara (Israel) pada tahun 722 sM.
Kategori
kedua, terdiri atas nabi-nabi dari zaman Neo-Babel. Fokus kelompok ini terpusat
pada keadaan-keadaan pada waktu itu dan kondisi-kondisi berikutnya dari
keruntuhan Kerajaan Selatan (Yehuda) pada tahun 596 sM.
Setelah masa
pembuangan, selama kurun waktu Persia, kelompok nabi-nabi yang ketiga membangun
di atas harapan tersebut. Mereka menyatakan peraturan Yahweh yang baru
sementara kekerasan Babel beralih kepada keramahan Persia.
[1] Bagian: Tahap-tahap Awal, hlm.16.
[2] Bagian: Sifat dari Kepustakaan, hlm. 58.
[3] Bagian: Amos: Panggilan Untuk Ketaatan Moral, hlm.74.
[4] Bagian: Sifat Dan Sastra Hosea, hlm.117-118.
[5] Bagian: Rencana Kitab Mikha, hlm.159-160.
[6] Bagian: Teologi Yesaya, hlm.211-212
[7] Bagian: Profil Sang Nabi, hlm.224-226.
[8] Bagian: Nabi Transisi, hlm.238
[9] Bagian: Yeremia Bagi Bangsa-Bangsa, hlm.253.
[10] Bagian: Kenyataan Penghukuman, hlm.294.
[11] Bagian: Bergabungnya Dua Lingkaran, hlm.310.
[12] Bagian: Bentuk Sastra: Ucapan Ilahi Nasional Terhadap Edom, hlm 351.
[13] Bagian: Teologi dan Amanat, hlm.372.
[14] Bagian: Daniel Sang Tokoh, hlm.378.
[15] Bagian: Bait Allah dan Masa Depan, hlm.407.
[16] Bagian: Nabi Kerajaan Baru, hlm.422.
[17] Bagian: Hari Keputusan, hlm.441.
[18] Bagian: Nabi Yang Memberitakan Kasih Perjanjian, hlm.455.
0 Response to "Ringkasan Buku : KITAB NABI-NABI PERJANJIAN LAMA"
Posting Komentar