PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN GEREJAWI MENURUT POLA KEPEMIMPINAN PAULUS
A.
Latar
Belakang
Dimulai dari beban hati penulis tentang pelayanan pastoral,
terkhusus di dalam bidang pengembangan kepemimpinan gerejawi. Keberhasilan
suatu pelayanan di dalam gereja merupakan pengaruh adanya penerapan
pengembangan kepemimpinan dengan pola yang benar.
Pokok kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting sekali. Secara
khusus ketika membahas
pokok seputar pentingnya kepemimpinan sebagai penentu pencapaian keberhasilan pelayanan di dalam gereja. Dalam Kitab Amsal 11:14 mengatakan: “Bangsa akan hancur jika tidak ada pemimpin, semakin banyak penasihat,
semakin terjamin keselamatan”.Tomatala juga mengungkapkan bahwa
kepemimpinan itu memang peranan penting yang menentukan maju mundurnya suatu gereja.[1]
Diakui atau tidak telah terbukti bahwa kepemimpinan mempengaruhi gereja manapun
di dunia.
Akan tetapi masih banyak pemimpin pada masa kini kurang
memahami kepemimpinan itu sendiri. Pemimpin seperti ini biasanya berjalan
seolah-olah semua apa yang dilakukannya sudah baik, tidak heran kalau gereja
atau organisasi gereja yang dipimpin tidak dapat berkembang bahkan ada banyak
gereja yang mengalami penurunan secara kualitas dan kuantitas, yang disebabkan
oleh pemimpin yang kurang baik. Pemimpin macam ini karena tidak memiliki suatu
visi yang akan dicapai, dirinya puas dengan keadaan yang ada tanpa memikirkan
apa yang akan terjadi di masa mendatang, ia lupa akan tanggungjawab kedepan.
Untuk menjadi pemimpin yang dapat diteladani, seorang pemimpin harus memiliki pola
kepemimpinan yang jelas dan baik untuk menentukan arah dan tujuan yang hendak
dicapai, karena kalau tidak demikian maka pemimpin tersebut tidak akan mampu
memimpin dan membawa umat Tuhan kepada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki motivasi yang
benar. Karena saat ini ada banyak gembala sidang melakukan tugas hanya untuk
kepentingan diri sendiri dan lupa akan tujuan sebenarnya. Ia menikmati
kekuasaan dengan cara menggunakan orang lain untuk mencapai kepuasannya dan ingin
dilihat oleh banyak orang. Pemimpin seperti ini lupa bahwa apa yang dilakukan
semua karena kasih karunia Allah dan selalu cenderung memuliakan diri sendiri
daripada memuliakan Allah. Oleh sebab itu pemimpin harus sadar akan tujuan
sebenarnya, seperti apa yang dirindukan oleh Paulus bahwa apa yang dilakukan
itu semua hanya untuk Tuhan saja (Kolose 3:23-24). Dalam hal ini Paulus tidak
mementingkan diri dan mencari keuntungan sendiri.
Karena itu bahwa umat Allah di dunia ini sedang mengalami
krisis kepemimpinan yang mendesak, yaitu seorang pemimpin yang berani dan
tanggungjawab. Seperti Paulus yang sudah menunjukkan bahwa dirinya seorang
pemimpin yang dapat diteladani (1 Korintus 11:1).
Dalam Alkitab
tercatat bahwa mereka yang diangkat menjadi pemimpin bukan untuk berkuasa
melainkan untuk melayani. Dalam Perjanjian Baru, Yesus menekankan orang yang
ingin menjadi pemimpin harus rendah hati, tidak mencari kehormatan atau tempat,
rela berkorban, saling melayani, mengampuni dan saling memperlakukan seperti
saudara dalam satu keluarga.[2]
Robert Chapman yang terkenal dengan cara hidupnya yang
sangat murah hati, sabar, baik, adil dalam mengambil keputusan, kemampuannya
dalam mendamaikan orang yang sedang konflik. Kesetiaanya kepada Allah
ditunjukkan dengan rasa kasih dalam pelayanan pastoralnya.[3]
Jelas bahwa ketika Tuhan memilih Paulus sebagai pemimpin adalah
orang yang tepat, ini dibuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin yang setia (2
Timotius 4:6-8). Oleh sebab itu nampaknya Tuhan pada masa ini sedang menggalang
suatu gerakan di seluruh dunia untuk membangkitkan pemimpin yang memiliki
karakter Kristus dimana mereka akan dimampukan memimpin dan melayani dengan
kuasa Allah.[4]
Paulus adalah salah satu sosok atau figur pemimpin yang berhasil dipakai Tuhan. Dalam Alkitab ia memiliki teladan yang baik bagi pemimpin gereja masa kini. Pola kepemimpinan yang telah diterapkan oleh Paulus kepada jemaat yang dilayaninya pada masa itu dapat juga diterapkan oleh para pemimpin gereja pada saat ini. Untuk itu pemimpin dapat dikatakan sukses atau berhasil, jika seorang pemimpin itu adalah seorang yang takut akan Tuhan, beriman, jujur, setia, taat kepada Allah, tekun berdoa, rendah hati, bukan berkuasa tetapi melayani dengan kasih dan tidak menyimpang dari firman Allah. Jadi dengan mempelajari pola kepemimpinan yang dimiliki oleh Paulus, maka akan memperoleh pelajaran yang berguna bagi para pemimpin gereja masa kini.
B.
Pokok
Permasalahan
Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan bahwa pokok masalah adalah kepemimpinan Paulus yang dapat diteladani dalam pelayanan para pemimpin gereja, suatu penerapan pola kepemimpinan Paulus agar para pemimpin gereja melayani Tuhan dengan penuh pengabdian diri.
C.
Pertayaan Penelitian
Untuk menajamkan pokok masalah tersebut, maka muncul
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Pertama, apa yang dimaksud dengan pengembangan?
Kedua, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
Ketiga, apa yang dimaksud dengan gereja?
Keempat,
bagaimana pola kepemimpinan Paulus?
Kelima, bagaimana aplikasi pola kepemimpinan Rasul Paulus bagi para pemimpin gereja?
D.
Tujuan
Penelitian
Dari rumusan masalah yang ditemukan, maka timbullah suatu
kebutuhan penulis untuk masalah tersebut. Sehingga dari penulisan makalah ini bertujuan untuk
menerapkan kepemimpinan Paulus yang berdampak bagi pelayanan pastoral, agar
tetap berhasil dalam pelayanan dengan penuh pengabdian diri.
ISI
A.
Landasan Teori
1. Pengertian
Pengembangan[5]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat arti
pengembangan adalah:
Ø Orang
yang mengembangkan.
Ø Proses, cara, perbuatan mengembangkan.
2. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan ialah seorang yang
mengetahui tujuannya dengan jelas dan mempunyai keyakinan pribadi tentang
tujuan ini, serta mampu mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang
lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif .[6]
Berikut ini adalah berbagai pandangan tentang kepemimpinan:
Pengertian Kepemimpinan dari Sudut Pandang Non Kristen
Para pakar sekuler Indonesia mencoba mengumpulkan berbagai pendapat tentang
kepemimpinan, sehingga menemukan beberapa konsep kepemimpinan. Berikut konsep
yang ditemukan para pakar:
Taqwa, keteladanan (ing ngarso sung
tulodho), bergiat bersama anggota dengan penuh semangat (ing madyomangun karso), memberi
dukungan/dorongan dari belakang (tut wuri
handayani), kewaspadaan bukan kecurigaan, berani mengoreksi (waspada purba wisesa), pandai menemukan
prioritas (ambeg parama arta),
bersahaja, sederhana (prasahaja),
loyalitas (satya), hemat tapi tidak
kikir (gemi nastiti), bertanggungjawab
(belaka), mempersiapkan suksesi
dengan baik (legawa).[7]
Dari konsep kepemimpinan yang ditemukan oleh para pakar, penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan selalu dihubungkan dengan pengaruh, artinya seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi orang-orang yang dipimpin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Pengertian
Kepemimpinan dari Sudut Pandang Pemimpin Kristen
Basuki Tjahya Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok, walikota DKI Jakarta mengatakan bahwa kepemimpinan berbicara tentang prinsip hidup untuk menegakkan kebenaran. Ahok berkata hidup adalah kebenaran dan mati adalah keuntungan.[8] Pernyataan Ahok ini mengutip perkataan dari Rasul Paulus yang ditulis dalam suratnya: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).
Pengertian Kepemimpinan
dari Sudut Pandang Alkitab
Kepemimpinan
yang alkitabiah merupakan sebuah istilah dari kehidupan Kristus. Dari kitab
Kejadian sampai dengan Wahyu, dan penulis membagi berdasarkan Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru:
Ø Menurut
Sudut Pandang Perjanjian Lama:
Kepemimpinan Lebih
Memilih Kepada Pelayanan daripada Mengatur (1Raj 11-12).
Dalam konsep Alkitab, kepemimpinan Kristen adalah “kepelayanan” yang pada dasarnya adalah melayani orang lain yang dipimpinnya dengan kasih dan bukan mengaharapkan pelayanan seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpin dunia. Kitab 1Raja-raja 11-12 menceritakan kisah Salomo (seorang pemimpin) yang mulai jauh dari Tuhan. Hatinya telah menyimpang dari Tuhan (1Raj 11:9), sehingga Tuhan murka.
Ø Menurut
Sudut Pandang Perjanjian Baru:
Kepemimpinan
Merupakan Prinsip Penghambaan (Mrk 10:35-45).
Melayani lebih penting daripada kedudukan.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya tentang prinsip penghambaan yakni tugas
melayani. Barangsiapa ingin menjadi besar
di antara kamu, hendaklah iua menjadi pelayan. Dan siapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya (Mrk
10:43 dan 44).
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan pengertian kepemimipinan menurut sudut pandang Alkitab, bahwa seorang pemimpin dipanggil bukan hanya untuk menjadi seorang yang memberi perintah dan mengatur orang atau kelompok yang diaturnya, akan tetapi Alkitab menekankan bahwa seorang pemimpin harus melayani orang yang dipimpinnya bukan hanya ingin dilayani saja.
3.
Arti Gereja
Sebelum membahas lebih lanjut lagi tentang gereja,
penulis mengajak pembaca untuk menyamakan terlebih dahulu pengertian gereja
seperti apa yang akan dipakai dalam makalah ini, sehingga memiliki pandangan
yang sama. Untuk itu, penulis mengutip syair lagu dari Kidung Jemaat no. 257:
Aku
Gereja, kau pun Gereja, kita sama-sama Gereja
dan
pengikut Yesus di seluruh dunia, kita sama-sama Gereja.
Gereja
bukanlah gedungnya, dan bukan pula menaranya:
bukalah
pintunya, lihat di dalamnya,
Gereja adalah orangnya.
Ternyata lagu yang sering dinyanyikan oleh anak-anak
Sekolah Minggu tersebut, dapat memberikan arti lebih jelas tentang gereja
daripada teori-teori yang diberikan oleh pakar teolog.
Bila kita adalah Gereja, lalu bagaimana kita mengartikan GKI, HKBP, GPIB, GBI yang juga kita pahami sebagai gereja? Bukan menjadi masalah kalau kita juga menyebut organisasi tersebut sebagai gereja, karena organisasi tersebut terbentuk dari perkumpulan orang-orang percaya.
Pengertian Gereja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gereja adalah:
1)
Tempat ibadah umat
Kristen, gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.
2) Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran, dan tata cara ibadahnya.
Pengertian
Gereja Menurut A Dictionary of the Bible
Menurut A Dictionary of the Bible menuliskan arti gereja adalah:
1) Persekutuan
Kristen di dunia Yunani-Romawi abad pertama Masehi.
2) Persekutuan
atau masyarakat keagamaan.
Akan tetapi umat Kristen mengambil alih kata ekklesia, yang diambil dari LXX, yang menunjukkan persekutuan umat Israel, namun tidak seperti kata sinagoge yang juga digunakan dalam LXX.[9]
Sebutan
Alkitab untuk Gereja[10]
Ø Dalam
Perjanjian Lama
Perjanjian Lama memakai dua istilah untuk menunjuk Gereja, yaitu qahal (kahal), yang diturunkan dari akar kata qal (kal), yang artinya “memanggil”. Dan ‘edhah yang berasal dari kata ya’adh yang artinya “memilih” atau “menunjuk” atau “bertemu bersama-sama di satu tempat yang telah ditunjuk”.
Ø Dalam
Perjanjian Baru
Perjanjian Baru juga memiliki dua kata yang diambilnya dari Septuaginta, yaitu ekklesia yang berasal dari kata –ek dan kaleo, yang artinya “memangil ke luar”, dan kata sunagoge, dari kata sun dan ago yang artinya “datang atau berkumpul bersama”.
4.
Pengembangan Kepemimpinan Gerejawi
Maka dari teori-teori yang diberikan diatas dapat disimpulkan
bahwa, frasa pengembangan kepemimpinan gerejawi dapat diartikan sebagai proses memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang (pengikut/jemaat) untuk membawa perubahan yang merefleksikan tujuan bersama dalam pelayanan
pastoral.
B. Ananlisa/Pembahasan
1.
Kehidupan Rasul
Paulus menurut Kitab Kisah Para Rasul
Paulus adalah seorang yang sangat cocok untuk
dijadikan teladan karena kepemimpinannya dalam pelayanan sudah terbukti. Oleh
karena itu penelitian ini difokuskan kepada tokoh Paulus. Maka, tentunya perlu
mengetahui sekilas tentang latar belakang kehidupan rasul Paulus sebagai tokoh
yang dibahas dalam penelitian ini.
Paulus lahir di Tarsus, kota yang menjadipusat
Kilikia di bagian Asia Kecil (Kis 22:3). Tarsus adalah pusat pendidikan,
sehingga para ahli umumnya mengakui bahwa Paulus mempelajari berbagai filsafat
Yunani dan ibadah-ibadah agama pada masa mudanya.[11]
Paulus berasal dari keluarga Yahudi keturunan suku Benyamin yang taat dalam
agama Yahudi, ini juga membuat Paulus hidup di bawah didikan yang ketat dalam
gaya hidup Yahudi (Flp 3:5, Gal 1:14). Namun demikian, Paulus mewarisi
kewarganegaraan Roma (Kis 22:28).
Mengenai waktu pindahnya Paulus dari Tarsus ke
Yerusalem tidak ada yang mengetahui dengan jelas. Ketika muda Paulus belajar
Taurat di bawah bimbingan Gamaliel di Yerusalem (Kis 22:3 dan Flp 3:5).
Sebelum Paulus bertobat kepada iman Kristus,
dia bernama Saulus dan dia adalah seorang penganiaya orang Kristen di Yerusalem
(Kis 8:3). Penyebutan nama Saulus pertama kali di dalam kitab Kisah Para Rasul
berkaitan dengan perajaman Stefanus di Yerusalem. Kisah Para Rasul menulis
dengan jelas bahwa Saulus berusaha membinasakna orang Kristen, bahkan ia sempat
berencana untuk menangkap pengikut Yesus sampai di Damsyik (Kis 8:3 dan 9:1).
Penyebab penganiayaan yang dilakukan oleh
Saulus ini disebabkan karena pemahamannya yang didapat dari ia dididik dalam
keluarga Yahudi. Pemahamannya bahwa pemberitaan para pengikut awal Yesus
dipandang tercela dan sesat. Orang Kristen meyakini Yesus yang telah disalibkan
adalah Mesias. Saulus begitu yakin akan kebenaran agama Yahudi. Dan menganggap
orang Kristen merupakan ancaman terhadap system agama Yahudi yang dianutnya
secara fanatik, dan karena orang Kristen percaya bahwa penebusan dosa melalui
iman kepada korban Yesus bukan melalui ketaatan kepada Hukum Taurat.
Akan tetapi, dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap orang Kristen ia mengalami suatu kejadiaan di luar dugaannya. Saulus bertemu dengan Yesus dalam perjalanannya itu, dalam bentuk cahaya yang memancar dari langit yang menyilaukannya (Kis 9:3, 22:6, 26:13). Saulus jatuh ke tanah dan menjadi buta, Yesus berbicara kepadanya. Kemudian ia dituntun untuk masuk ke kota Damsyik kepada Ananias, seorang yang saleh. Ananias menyampaikan kepada Saulus bahwa Allah telah mengutusnya untuk bersaksi dan memberitakan Injil ke seluruh dunia (Kis 9:15-16, 22:14-15), setelah itu ia dapat melihat kembali, dibaptis dan menjadi pengikut Kristus.
2. Sejarah
Ringkas Pelayanan Rasul Paulus
Setelah proses pertobatannya, Barnabas adalah pendeta senior di
Gereja Antiokia mengundang Paulus ke gereja tersebut. Paulus menjadi rekan
kerja Barnabas di Gereja Antiokia pada usia 40 tahun. Barnabas dan Paulus
melayani Gereja antiokia bersama-sama selama satu tahun. Kemudian, pada tahun
46 mereka mengadakan perjalanan misi yang pertama.
Dari tahun 50-52, mereka melanjutkan perjalanan misi yang kedua dan
mendirikan gereja di berbagai tempat termasuk juga di Asia Kecil, yaitu: Gereja
Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia. Dari Asia
Kecil, Paulus melanjutkan perjalanan misinya ke Makedonia yang terletak di
bagian utara Yunani untuk memberitakan Injil dan mendirikan gereja dan
diantaranya adalah Gereja Filipi dan Tesalonika. Kemudian melanjutkan
perjalanan misi ke Berea, Atena dan Korintus. Oleh karena itu, perjalanan misi
kedua Paulus juga disebut perjalanan perintisan gereja-gereja.
Perjalanan misi ketiga (53-57), Paulus mengunjungi kembali
gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan misi kedua. Dan pada akhir
perjalanan misi ketiga Paulus dipenjarakan di Roma selama dua tahun (620-62).
Selama di penjara Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi, Efesus, Kolose,
dan surat pribadi kepada Filemon.
Setelah bebas, Paulus melanjutkan perjalanan misinya yang keempat
dan mengunjungi kembali gereja-gereja yang telah ia dirikan, kemudian lanjut ke
Spanyol. Dalam perjalanannya Paulus menulis surat kepada Titus dan Timotius.
Kemudian pada tahun 68 Paulus kembali di penjarakan di Roma. Pada saat di
penjara, sebelum ia martir, ia menulis surat yang terakhir kepada Timotius. Dan
pada tahun 70, Bait Suci Yerusalem dihancurkan dan Israel ditaklukan Roma.
Selama kurang lebih 40 tahun, penginjilan dan misi dunia yang dimulai dari gereja pertama di Yerusalem hingga Spanyol, banyak gereja yang telah didirikan oleh Paulus dan rekan-rekannya.
3.
Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus
Ketika mengamati kisah kehidupan Rasul Paulus yang ditulis dalam Alkitab,
ini menjadi semacam gambaran karakter seorang Kristen, seorang pemimpin yang
dapat menjadi model yang patut untuk diteladani oleh siapapun yang ingin
menjadi pemimpin rohani.
Oleh karena itu, isi makalah ini berlandaskan kisah kehidupan kepemimpinan Paulus yang dicatat dalam Kisah
Para Rasul dan beberapa suratnya. Berikut ini pola kepemimpinan Paulus:
Bagian Pertama: Kristo-sentrisme
“Karena bagiku hidup adalah Kristus …” (Filipi 1:21).
Hal yang paling menonjol dalam pelayanan dan kepemimpinan Paulus adalah ciri Kristosentrismenya. Kristus tidak hanya menjadi sentral dalam teologi Paulus, melainkan juga dalam hidup dan kinerjanya.
“Dia
harus makin bertambah!
‘ku
harus makin berkurang!
Nama
Yesus saja disembah
‘ku di tempat paling b’lakang”
Demikian syair lagu sekolah minggu. Nadanya sederhana. Syairnya mudah dinyanyikan dan yang penting, lagu itu mampu menjelaskan satu prinsip iman: Tuhan Yesus yang utama. Ia adalah pusat hidup orang percaya. Sebagaimana yang dikatakan rasul Paulus dalam 2 Korintus 4:5, “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan …”
Bagian Kedua: Mempunyai Visi atau Tujuan yang Jelas
Paulus menjadi pemimpin
yang hebat karena ia mempunyai visi/tujuan yang jelas. Ia mengatakan:
“Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasai seluruhnya” (1 Korintus 9:25-27).
Tugas utama seorang pemimpin adalah memimpin, menuntun, dan mengarahkan orang-orang yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk sampai pada tujuan atau sasaran. Bagi Paulus sasaran yang hendak ia capai adalah panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus (Filipi 3:14). Kalau pemimpin tidak memiliki visi/tujuan/sasaran yang jelas, pemimpin hanya akan membawa para pengikutnya berputar-putar tanpa sampai kemana-mana, bahkna yang lebih buruk mereka bisa masuk ke dalam lubang.
Bagian
Ketiga: Mengasihi Tuhan dan Pelayanan
Setelah bertemu Tuhan secara ajaib dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus
mengalami perubahan total dalam pandangan hidup, minat, dan cita-citanya. Ia
mengatakatan, “Yang sangat kukehendaki dan kuharapkan ialah… Kristus dengan
nyata dimuliakan dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus
hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah” (Filipi 1:2-22).
Kutipan ayat tersebut adalah tulisan tangan Paulus yang mengungkapkan isi
hatinya bahwa ia sangat mengasihi Tuhan dan mau melakukan apa saja untuk
menyenangkan hati Tuhan.
Paulus rela melakukan apa saja demi Yesus yang sangat ia kasihi, seperti kata-kata pemuda yang sedang jatuh cinta kepada kekasihnya. Demi Yesus, tantangan dan kesulitan apapun akan ia terjang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya.
Bagian Keempat: Bekerja Sebagai Tim
Zig Ziglar mengatakan, “Bekerja lebih dekat dengan sesama
karyawan akan memungkinkan Anda mencapai lebih banyak daripada yang bisa Anda
lakukan sendiri. Anda menjadi tim.”[13]Begitu
juga dengan pelayanananya, Paulus selalu melayani bersama rekan sekerjanya.
Dalam perjalanannya yang pertama, Paulus melayani bersama Barnabas disertai
Yohanes Markus (Kis 13:4-5). Perjalanan misi kedua, ia bersama Silas (Kis
15:40), Timotius (Kis 16:1-3), dan Lukas (Kis 16:10). Paulus juga pernah
bekerja dengan Priskila dan Akwila. Perjalanan yang ketiga, ia bersama Timotius
dan Erastus (Kis 19:22), Gayus dan Aristarkus (Kis 19:29).
Paulus menyadari pentingnya teman sekerja dalam pelayananya. Karena Paulus tahu dalam pelayanannya, ia akan menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Maka, dengan cara kerja tim Paulus dapat mengatasi kesulitan yang ada.
Bagian Kelima: Pemuridan
Rick Warren mengatakan bahwa salah satu tujuan utama
gereja adalah pemuridan. [14]
Tidak hanya untuk mendewasakan kehidupan orang-orang percaya, Paulus juga
mempersiapkan kaderisasi. Paulus menyadari tugas pelayanannya sangat luas
sedang ia semakin tua. Sebab itu ia perlu untuk melakukan pemuridan agar jangkauan pelayanannya lebih luas dan agar ada generasi penerus yang siap untuk
meneruskan pelayanannya.:
Gereja ada untuk mengajar atau mendidik umat Allah.
Pemuridan adalah proses untuk menolong orang menjadi lebih seperti Kristus
dalam pikiran, perasaan, dan tindakan mereka. Proses ini dimulai ketika seorang
dilahirkan kembali dan terus berlanjut sepanjang sisa hidupnya (Kol 1:28).
Sebagai jemaat kita dipanggil bukan hanya untuk menjangkau orang lain, tetapi
juga untuk mengajar mereka. Setelah seseorang mengambil keputusan untuk
mengikut Yesus, ia harus dimuridkan. Tanggungjawab gereja adalah membina
orang-orang hingga mencapai kedewasaan rohani.
Pemuridan merupakan salah satu strategi Paulus yang penting, sehingga pada waktu dipanggil Tuhan (dihukum mati oleh pemerintah Romawi, 2 Timotius 4:6-8), pekerjaan Tuhan tetap dapat berjalan terus dengan baik.
Bagian Keenam: Bergantung Pada Pimpinan Roh Kudus
Paulus dan Barnabas memulai perjalanan misi pertama
karena diutus oleh Roh Kudus (Kis 13: 2-3).
Menurut Stamps:
Prinsip-prinsip misionaris
yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 13 merupakan pola bagi semua gereja
yang mengutus misionaris. Pertama, kegiatan misionaris dimulai oleh Roh Kudus
lewat para pemimpin rohani yang mengabdi kepada Tuhan, sambil mencari Dia dengan
doa dan puasa (ay.2). Kedua, gereja harus peka terhadap bimbingan, pelayanan
nubuat, dan kegiatan Roh Kudus. Ketiga, misionaris yang diutus harus pergi
dengan panggilan dan kehendak Roh Kudus. Keempat, dengan berdoa, berpuasa,
senantiasa selaras dengan kehendak Roh Kudus, gereja meneguhkan bahwa Allah telah memanggil beberapa orang untuk
pekerjaan misi. Sasarannya ialah agar gereja hanya mengutus mereka yang
dikehendaki oleh Roh Kudus.[15]
Demikian juga ketika Paulus hendak mengunjungi daerah yang akan diinjili, ia taat terhadap tuntunan Roh Kudus. Ketika hendak pergi ke Asia Paulus dicegah oleh Roh Kudus, lalu beralih ke Frigia dan Galatia (Kis 16:6). Dan ketika di Misia Paulus mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi sekali lagi dicegah oleh Roh Kudus (Kis 16:7).
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penulisan yang berjudul “Pola Kepemimpinan Gerjawi Menurut
Pola Kepemimpinan Paulus”, penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang baik
adalah seorang pemimpin yang dapat berjalan di depan untuk menunjuk jalan,
membuat perubahan ke arah yang lebih baik, memberi teladan serta selalu
mengabdikan diri sepenuhnya dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab
berdasarkan firman Tuhan dengan baik, bahkan pemimpin tersebut harus dapat
bertindak sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.
Pola kepemimpinan Paulus adalah pola yang sangat berpengaruh karena
sangat berbeda dengan kepemimpinan yang ada di dunia ini, sebab pola
kepemimpian Paulus mempunyai petunjuk khusus dari Tuhan (Kis 9:1-31). Petunjuk
istimewa inilah yang menambah semangat dan dorongan bagi Paulus untuk tetap
bergantung pada Tuhan dengan melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan
berhasil.
Sikap seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin gereja yang taat pada aturan yang ditetapkan oleh Tuhan, serta rela bekerjasama sepenuhnya dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya serta tunduk pada kepemimpinan Tuhan. Seorang pemimpin harus memberikan teladan dan mengabdikan diri, maka ia adalah pemimpin yang siap mengahadapi tantangan untuk melindungi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya dan dapat bertanggungjawab untuk memimpin orang-orang ini agar tetap tinggal dalam firman Tuhan.
B. Prinsip-Prinsip Teologis Dan Aplikasi
Berdasarkan kesimpulan penulisan makalah yang berjudul
“Pengembangan kepemimpinan Gerejawi Menurut Pola Kepemimpinan Rasul Paulus”
penulis menemukan prinsip-prinsip yang dapat diaplikasikan dalam pelayanan
kepemimpinan gereja.
Dengan demikian dari prinsip-prinsip yang diaplikasikan
dapat berdampak bagi para pemimpin gereja, yaitu sebagai berikut:
1) Pemimpin hanya berpusat kepada Kristus (Kristosentris).
Aplikasi: Seorang pemimpin
Kristen harus melayani sidang jemaat Tuhan dengan penuh kerendahan hati seperti
Kristus. Walaupun pemimpin tersebut mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
gereja, pemimpin harus tetap terlibat untuk melayani kebutuhan jemaat. Misalnya: Pemimpin terlibat dalam
kegiatan kunjungan jemaat, konseling pastoral.
2) Mempunyai Visi atau Tujuan yang Jelas
Aplikasi:
Sebelum menjadi seorang pemimpin Kristen harus
menyadari bahwa visi utama yang harus ada dalam pribadi pemimpin yaitu, membawa
sidang jemaat kepada pengenalan yang benar kepada Kristus.
Misalnya: Dengan cara penyampaian firman Tuhan yang alkitabiah
3) Mengasihi
Tuhan dan Pelayanan
Aplikasi:
Seorang pemimpin Kristen harus mengasihi Tuhan
dan pelayanan, sehingga dalam mnenjalankan program dengan sungguh-sungguh.
Sehingga melayani bukan karena untuk dilihat manusia atau bukan karena untuk
mendapat berkat secara jasmani.
Misalnya: mendoakan pekerjaan Tuhan supaya berjalan dengan baik.
4) Bekerja Sebagai Tim
Aplikasi: Seorang pemimpin
gerejawi harus melibatkan jemaat untuk menjalankan program yang telah disusun,
sehinnga mencapai tujuan yang diharapkan.
Misalnya:
Melibatkan jemaat untuk ikut
dalam panitia ibadah KKR.
5) Pemuridan
Aplikasi:
Seorang pemimpin Kristen harus menyadari bahwa
jemaat adalah milik Allah yang harus dijaga senantiasa sampai kedatangan Tuhan
kali yang kedua. Dengan demikian pemimpin Kristen tidak menganggap bahwa jemaat
miliknya sendiri dan tidak menganggap bahwa hal kepemimpinan adalah kedudukan
pribadi yang dikuasai sendiri,
Misalnya: Mengajar, menyiapkan para majelis gereja untuk menjadi
kader pemimpin bagi gereja di waktu mendatang.
6) Bergantung Pada Pimpinan Roh Kudus
Aplikasi:
Seorang pemimpin Kristen harus bergerak sesuai
dengan pimpinan Roh Kudus. Bukan membuat program kerja berdasarkan keinginan pribadi.
Misalnya: Ketika Roh Kudus memanggil untuk melakukan misi ke suatu
daerah terpencil, pemimpin harus bersedia dan melakukan pelayanan tersebut.
[1] Yakub
Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis (Jakarta:
YT, Leadership Foundation, 1997) 5.
[2] Robert L.
Peterson, Kepemimpinan Agape (Yogyakarta:
Andi, 1991) 4.
[3] Ibid, 6.
[4] Jeff Hammond, Kepemimpinan yang Sukses (Jakarta:
Metanoia, 2002) 9.
[5] Departemen Pendidikan
Nasional, KBBI Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2013) 662.
[8] Yayasan
Pelayanan Media Antiokhia, “Ahok dan
Nilai-nilai Kristen”, Tabloid Reformata, edisi 180 tahun XI 1-30 Oktober
2014.
[13] Zig Ziglar, Diatas Segala Puncak Sukses, peny.
Lyndon Saputra, pen. Anton Adiwiyoto (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996) 22.
[14] Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini (Malang: Gandum Mas,
2008) 112.
[15] Donald
C. Stamps, ed, 1995. Alkitab Penuntun
Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
0 Response to "PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN GEREJAWI MENURUT POLA KEPEMIMPINAN PAULUS"
Posting Komentar