PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN GEREJAWI MENURUT POLA KEPEMIMPINAN PAULUS

Photo by: Pexels

PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

Dimulai dari beban hati penulis tentang pelayanan pastoral, terkhusus di dalam bidang pengembangan kepemimpinan gerejawi. Keberhasilan suatu pelayanan di dalam gereja merupakan pengaruh adanya penerapan pengembangan kepemimpinan dengan pola yang benar.

Pokok kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting sekali. Secara khusus ketika membahas pokok seputar pentingnya kepemimpinan sebagai penentu pencapaian keberhasilan pelayanan di dalam gereja. Dalam Kitab Amsal 11:14 mengatakan: “Bangsa akan hancur jika tidak ada pemimpin, semakin banyak penasihat, semakin terjamin keselamatan”.Tomatala juga mengungkapkan bahwa kepemimpinan itu memang peranan penting yang menentukan maju mundurnya suatu gereja.[1] Diakui atau tidak telah terbukti bahwa kepemimpinan mempengaruhi gereja manapun di dunia.

Akan tetapi masih banyak pemimpin pada masa kini kurang memahami kepemimpinan itu sendiri. Pemimpin seperti ini biasanya berjalan seolah-olah semua apa yang dilakukannya sudah baik, tidak heran kalau gereja atau organisasi gereja yang dipimpin tidak dapat berkembang bahkan ada banyak gereja yang mengalami penurunan secara kualitas dan kuantitas, yang disebabkan oleh pemimpin yang kurang baik. Pemimpin macam ini karena tidak memiliki suatu visi yang akan dicapai, dirinya puas dengan keadaan yang ada tanpa memikirkan apa yang akan terjadi di masa mendatang, ia lupa akan tanggungjawab kedepan. Untuk menjadi pemimpin yang dapat diteladani, seorang pemimpin harus memiliki pola kepemimpinan yang jelas dan baik untuk menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai, karena kalau tidak demikian maka pemimpin tersebut tidak akan mampu memimpin dan membawa umat Tuhan kepada suatu tujuan yang hendak dicapai.

Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki motivasi yang benar. Karena saat ini ada banyak gembala sidang melakukan tugas hanya untuk kepentingan diri sendiri dan lupa akan tujuan sebenarnya. Ia menikmati kekuasaan dengan cara menggunakan orang lain untuk mencapai kepuasannya dan ingin dilihat oleh banyak orang. Pemimpin seperti ini lupa bahwa apa yang dilakukan semua karena kasih karunia Allah dan selalu cenderung memuliakan diri sendiri daripada memuliakan Allah. Oleh sebab itu pemimpin harus sadar akan tujuan sebenarnya, seperti apa yang dirindukan oleh Paulus bahwa apa yang dilakukan itu semua hanya untuk Tuhan saja (Kolose 3:23-24). Dalam hal ini Paulus tidak mementingkan diri dan mencari keuntungan sendiri.

Karena itu bahwa umat Allah di dunia ini sedang mengalami krisis kepemimpinan yang mendesak, yaitu seorang pemimpin yang berani dan tanggungjawab. Seperti Paulus yang sudah menunjukkan bahwa dirinya seorang pemimpin yang dapat diteladani (1 Korintus 11:1).

Dalam  Alkitab tercatat bahwa mereka yang diangkat menjadi pemimpin bukan untuk berkuasa melainkan untuk melayani. Dalam Perjanjian Baru, Yesus menekankan orang yang ingin menjadi pemimpin harus rendah hati, tidak mencari kehormatan atau tempat, rela berkorban, saling melayani, mengampuni dan saling memperlakukan seperti saudara dalam satu keluarga.[2]

Robert Chapman yang terkenal dengan cara hidupnya yang sangat murah hati, sabar, baik, adil dalam mengambil keputusan, kemampuannya dalam mendamaikan orang yang sedang konflik. Kesetiaanya kepada Allah ditunjukkan dengan rasa kasih dalam pelayanan pastoralnya.[3]

Jelas bahwa ketika Tuhan memilih Paulus sebagai pemimpin adalah orang yang tepat, ini dibuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin yang setia (2 Timotius 4:6-8). Oleh sebab itu nampaknya Tuhan pada masa ini sedang menggalang suatu gerakan di seluruh dunia untuk membangkitkan pemimpin yang memiliki karakter Kristus dimana mereka akan dimampukan memimpin dan melayani dengan kuasa Allah.[4]

Paulus adalah salah satu sosok atau figur pemimpin yang berhasil dipakai Tuhan. Dalam Alkitab ia memiliki teladan yang baik bagi pemimpin gereja masa kini. Pola kepemimpinan yang telah diterapkan oleh Paulus kepada jemaat yang dilayaninya pada masa itu dapat juga diterapkan oleh para pemimpin gereja pada saat ini. Untuk itu pemimpin dapat dikatakan sukses atau berhasil, jika seorang pemimpin itu adalah seorang yang takut akan Tuhan, beriman, jujur, setia, taat kepada Allah, tekun berdoa, rendah hati, bukan berkuasa tetapi melayani dengan kasih dan tidak menyimpang dari firman Allah. Jadi dengan mempelajari pola kepemimpinan yang dimiliki oleh Paulus, maka akan memperoleh pelajaran yang berguna bagi para pemimpin gereja masa kini.

B.     Pokok Permasalahan

Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan bahwa pokok masalah adalah kepemimpinan Paulus yang dapat diteladani dalam pelayanan para pemimpin gereja, suatu penerapan pola kepemimpinan Paulus agar para pemimpin gereja melayani Tuhan dengan penuh pengabdian diri.

C.    Pertayaan Penelitian

Untuk menajamkan pokok masalah tersebut, maka muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

Pertama, apa yang dimaksud dengan pengembangan?

Kedua, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?

Ketiga, apa yang dimaksud dengan gereja?

Keempat, bagaimana pola kepemimpinan Paulus?

Kelima, bagaimana aplikasi pola kepemimpinan Rasul Paulus bagi para pemimpin gereja?

D.    Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang ditemukan, maka timbullah suatu kebutuhan penulis untuk masalah tersebut. Sehingga dari penulisan makalah ini bertujuan untuk menerapkan kepemimpinan Paulus yang berdampak bagi pelayanan pastoral, agar tetap berhasil dalam pelayanan dengan penuh pengabdian diri.


ISI  

A.    Landasan Teori

1.      Pengertian Pengembangan[5]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat arti pengembangan adalah:

Ø  Orang yang mengembangkan.

Ø  Proses, cara, perbuatan mengembangkan.

2.      Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan ialah seorang yang mengetahui tujuannya dengan jelas dan mempunyai keyakinan pribadi tentang tujuan ini, serta mampu mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif .[6] Berikut ini adalah berbagai pandangan tentang kepemimpinan:

Pengertian Kepemimpinan dari Sudut Pandang Non Kristen

Para pakar sekuler Indonesia mencoba mengumpulkan berbagai pendapat tentang kepemimpinan, sehingga menemukan beberapa konsep kepemimpinan. Berikut konsep yang ditemukan para pakar:

Taqwa, keteladanan (ing ngarso sung tulodho), bergiat bersama anggota dengan penuh semangat (ing madyomangun karso), memberi dukungan/dorongan dari belakang (tut wuri handayani), kewaspadaan bukan kecurigaan, berani mengoreksi (waspada purba wisesa), pandai menemukan prioritas (ambeg parama arta), bersahaja, sederhana (prasahaja), loyalitas (satya), hemat tapi tidak kikir (gemi nastiti), bertanggungjawab (belaka), mempersiapkan suksesi dengan baik (legawa).[7]

Dari konsep kepemimpinan yang ditemukan oleh para pakar, penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan selalu dihubungkan dengan pengaruh, artinya seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi orang-orang yang dipimpin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Pengertian Kepemimpinan dari Sudut Pandang Pemimpin Kristen

Basuki Tjahya Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok, walikota DKI Jakarta mengatakan bahwa kepemimpinan berbicara tentang prinsip hidup untuk menegakkan kebenaran. Ahok berkata hidup adalah kebenaran dan mati adalah keuntungan.[8] Pernyataan Ahok ini mengutip perkataan dari Rasul Paulus yang ditulis dalam suratnya: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).

Pengertian Kepemimpinan dari Sudut Pandang Alkitab

Kepemimpinan yang alkitabiah merupakan sebuah istilah dari kehidupan Kristus. Dari kitab Kejadian sampai dengan Wahyu, dan penulis membagi berdasarkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:

Ø  Menurut Sudut Pandang Perjanjian Lama:

Kepemimpinan Lebih Memilih Kepada Pelayanan daripada Mengatur (1Raj 11-12).

Dalam konsep Alkitab, kepemimpinan Kristen adalah “kepelayanan” yang pada dasarnya adalah melayani orang lain yang dipimpinnya dengan kasih dan bukan mengaharapkan pelayanan seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpin dunia. Kitab 1Raja-raja 11-12 menceritakan kisah Salomo (seorang pemimpin) yang mulai jauh dari Tuhan. Hatinya telah menyimpang dari Tuhan (1Raj 11:9), sehingga Tuhan murka.

Ø  Menurut Sudut Pandang Perjanjian Baru:

Kepemimpinan Merupakan Prinsip Penghambaan (Mrk 10:35-45).

Melayani lebih penting daripada kedudukan. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya tentang prinsip penghambaan yakni tugas melayani. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah iua menjadi pelayan. Dan siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya (Mrk 10:43 dan 44).

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan pengertian kepemimipinan menurut sudut pandang Alkitab, bahwa seorang pemimpin dipanggil bukan hanya untuk menjadi seorang yang memberi perintah dan mengatur orang atau kelompok yang diaturnya, akan tetapi Alkitab menekankan bahwa seorang pemimpin harus melayani orang yang dipimpinnya bukan hanya ingin dilayani saja.

3.        Arti Gereja

Sebelum membahas lebih lanjut lagi tentang gereja, penulis mengajak pembaca untuk menyamakan terlebih dahulu pengertian gereja seperti apa yang akan dipakai dalam makalah ini, sehingga memiliki pandangan yang sama. Untuk itu, penulis mengutip syair lagu dari Kidung Jemaat no. 257:

Aku Gereja, kau pun Gereja, kita sama-sama Gereja

dan pengikut Yesus di seluruh dunia, kita sama-sama Gereja.

Gereja bukanlah gedungnya, dan bukan pula menaranya:

bukalah pintunya, lihat di dalamnya,

Gereja adalah orangnya.

Ternyata lagu yang sering dinyanyikan oleh anak-anak Sekolah Minggu tersebut, dapat memberikan arti lebih jelas tentang gereja daripada teori-teori yang diberikan oleh pakar teolog.

Bila kita adalah Gereja, lalu bagaimana kita mengartikan GKI, HKBP, GPIB, GBI yang juga kita pahami sebagai gereja? Bukan menjadi masalah kalau kita juga menyebut organisasi tersebut sebagai gereja, karena organisasi tersebut terbentuk dari perkumpulan orang-orang percaya.

Pengertian Gereja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gereja adalah:

1)      Tempat ibadah umat Kristen, gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.

2)      Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran, dan tata cara ibadahnya.

Pengertian Gereja Menurut A Dictionary of the Bible

Menurut A Dictionary of the Bible menuliskan arti gereja adalah:

1)      Persekutuan Kristen di dunia Yunani-Romawi abad pertama Masehi.

2)      Persekutuan atau masyarakat keagamaan.

Akan tetapi umat Kristen mengambil alih kata ekklesia, yang diambil dari LXX, yang menunjukkan persekutuan umat Israel, namun tidak seperti kata sinagoge yang juga digunakan dalam LXX.[9]

Sebutan Alkitab untuk Gereja[10]

Ø  Dalam Perjanjian Lama

Perjanjian Lama memakai dua istilah untuk menunjuk Gereja, yaitu qahal (kahal), yang diturunkan dari akar kata qal (kal), yang artinya “memanggil”. Dan ‘edhah yang berasal dari kata ya’adh yang artinya “memilih” atau “menunjuk” atau “bertemu bersama-sama di satu tempat yang telah ditunjuk”.

Ø  Dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru juga memiliki dua kata yang diambilnya dari Septuaginta, yaitu ekklesia yang berasal dari kata –ek dan kaleo, yang artinya “memangil ke luar”, dan kata sunagoge, dari kata sun dan ago yang artinya “datang atau berkumpul bersama”.

4.      Pengembangan Kepemimpinan Gerejawi

Maka dari teori-teori yang diberikan diatas dapat disimpulkan bahwa, frasa pengembangan kepemimpinan gerejawi dapat diartikan sebagai proses memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang (pengikut/jemaat) untuk membawa perubahan yang merefleksikan tujuan bersama dalam pelayanan pastoral.

 

B.     Ananlisa/Pembahasan

1.      Kehidupan Rasul Paulus menurut Kitab Kisah Para Rasul

Paulus adalah seorang yang sangat cocok untuk dijadikan teladan karena kepemimpinannya dalam pelayanan sudah terbukti. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan kepada tokoh Paulus. Maka, tentunya perlu mengetahui sekilas tentang latar belakang kehidupan rasul Paulus sebagai tokoh yang dibahas dalam penelitian ini.

Paulus lahir di Tarsus, kota yang menjadipusat Kilikia di bagian Asia Kecil (Kis 22:3). Tarsus adalah pusat pendidikan, sehingga para ahli umumnya mengakui bahwa Paulus mempelajari berbagai filsafat Yunani dan ibadah-ibadah agama pada masa mudanya.[11] Paulus berasal dari keluarga Yahudi keturunan suku Benyamin yang taat dalam agama Yahudi, ini juga membuat Paulus hidup di bawah didikan yang ketat dalam gaya hidup Yahudi (Flp 3:5, Gal 1:14). Namun demikian, Paulus mewarisi kewarganegaraan Roma (Kis 22:28).

Mengenai waktu pindahnya Paulus dari Tarsus ke Yerusalem tidak ada yang mengetahui dengan jelas. Ketika muda Paulus belajar Taurat di bawah bimbingan Gamaliel di Yerusalem (Kis 22:3 dan Flp 3:5).

Sebelum Paulus bertobat kepada iman Kristus, dia bernama Saulus dan dia adalah seorang penganiaya orang Kristen di Yerusalem (Kis 8:3). Penyebutan nama Saulus pertama kali di dalam kitab Kisah Para Rasul berkaitan dengan perajaman Stefanus di Yerusalem. Kisah Para Rasul menulis dengan jelas bahwa Saulus berusaha membinasakna orang Kristen, bahkan ia sempat berencana untuk menangkap pengikut Yesus sampai di Damsyik (Kis 8:3 dan 9:1).

Penyebab penganiayaan yang dilakukan oleh Saulus ini disebabkan karena pemahamannya yang didapat dari ia dididik dalam keluarga Yahudi. Pemahamannya bahwa pemberitaan para pengikut awal Yesus dipandang tercela dan sesat. Orang Kristen meyakini Yesus yang telah disalibkan adalah Mesias. Saulus begitu yakin akan kebenaran agama Yahudi. Dan menganggap orang Kristen merupakan ancaman terhadap system agama Yahudi yang dianutnya secara fanatik, dan karena orang Kristen percaya bahwa penebusan dosa melalui iman kepada korban Yesus bukan melalui ketaatan kepada Hukum Taurat.

Akan tetapi, dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap orang Kristen ia mengalami suatu kejadiaan di luar dugaannya. Saulus bertemu dengan Yesus dalam perjalanannya itu, dalam bentuk cahaya yang memancar dari langit yang menyilaukannya (Kis 9:3, 22:6, 26:13). Saulus jatuh ke tanah dan menjadi buta, Yesus berbicara kepadanya. Kemudian ia dituntun untuk masuk ke kota Damsyik kepada Ananias, seorang yang saleh. Ananias menyampaikan kepada Saulus bahwa Allah telah mengutusnya untuk bersaksi dan memberitakan Injil ke seluruh dunia (Kis 9:15-16, 22:14-15), setelah itu ia dapat melihat kembali, dibaptis dan menjadi pengikut Kristus.

2.      Sejarah Ringkas Pelayanan Rasul Paulus

Setelah proses pertobatannya, Barnabas adalah pendeta senior di Gereja Antiokia mengundang Paulus ke gereja tersebut. Paulus menjadi rekan kerja Barnabas di Gereja Antiokia pada usia 40 tahun. Barnabas dan Paulus melayani Gereja antiokia bersama-sama selama satu tahun. Kemudian, pada tahun 46 mereka mengadakan perjalanan misi yang pertama.

Dari tahun 50-52, mereka melanjutkan perjalanan misi yang kedua dan mendirikan gereja di berbagai tempat termasuk juga di Asia Kecil, yaitu: Gereja Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia. Dari Asia Kecil, Paulus melanjutkan perjalanan misinya ke Makedonia yang terletak di bagian utara Yunani untuk memberitakan Injil dan mendirikan gereja dan diantaranya adalah Gereja Filipi dan Tesalonika. Kemudian melanjutkan perjalanan misi ke Berea, Atena dan Korintus. Oleh karena itu, perjalanan misi kedua Paulus juga disebut perjalanan perintisan gereja-gereja.

Perjalanan misi ketiga (53-57), Paulus mengunjungi kembali gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan misi kedua. Dan pada akhir perjalanan misi ketiga Paulus dipenjarakan di Roma selama dua tahun (620-62). Selama di penjara Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi, Efesus, Kolose, dan surat pribadi kepada Filemon.

Setelah bebas, Paulus melanjutkan perjalanan misinya yang keempat dan mengunjungi kembali gereja-gereja yang telah ia dirikan, kemudian lanjut ke Spanyol. Dalam perjalanannya Paulus menulis surat kepada Titus dan Timotius. Kemudian pada tahun 68 Paulus kembali di penjarakan di Roma. Pada saat di penjara, sebelum ia martir, ia menulis surat yang terakhir kepada Timotius. Dan pada tahun 70, Bait Suci Yerusalem dihancurkan dan Israel ditaklukan Roma.

Selama kurang lebih 40 tahun, penginjilan dan misi dunia yang dimulai dari gereja pertama di Yerusalem hingga Spanyol, banyak gereja yang telah didirikan oleh Paulus dan rekan-rekannya.

3.      Prinsip Kepemimpinan Rasul Paulus

Ketika mengamati kisah kehidupan Rasul Paulus yang ditulis dalam Alkitab, ini menjadi semacam gambaran karakter seorang Kristen, seorang pemimpin yang dapat menjadi model yang patut untuk diteladani oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin rohani.

Oleh karena itu, isi makalah ini berlandaskan kisah kehidupan kepemimpinan Paulus yang dicatat dalam  Kisah Para Rasul dan beberapa suratnya. Berikut ini pola kepemimpinan Paulus:

Bagian Pertama: Kristo-sentrisme

“Karena bagiku hidup adalah Kristus …” (Filipi 1:21).

Hal yang paling menonjol dalam pelayanan dan kepemimpinan Paulus adalah ciri Kristosentrismenya. Kristus tidak hanya menjadi sentral dalam teologi Paulus, melainkan juga dalam hidup dan kinerjanya.

“Dia harus makin bertambah!

‘ku harus makin berkurang!

Nama Yesus saja disembah

‘ku di tempat paling b’lakang”

Demikian syair lagu sekolah minggu. Nadanya sederhana. Syairnya mudah dinyanyikan dan yang penting, lagu itu mampu menjelaskan satu prinsip iman: Tuhan Yesus yang utama. Ia adalah pusat hidup orang percaya. Sebagaimana yang dikatakan rasul Paulus dalam 2 Korintus 4:5, “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan …”

Bagian Kedua: Mempunyai Visi atau Tujuan yang Jelas

Paulus menjadi pemimpin yang hebat karena ia mempunyai visi/tujuan yang jelas. Ia mengatakan:

 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasai seluruhnya (1 Korintus 9:25-27).

Tugas utama seorang pemimpin adalah memimpin, menuntun, dan mengarahkan orang-orang yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk sampai pada tujuan atau sasaran. Bagi Paulus sasaran yang hendak ia capai adalah panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus (Filipi 3:14). Kalau pemimpin tidak memiliki visi/tujuan/sasaran yang jelas, pemimpin hanya akan membawa para pengikutnya berputar-putar tanpa sampai kemana-mana, bahkna yang lebih buruk mereka bisa masuk ke dalam lubang.

Bagian Ketiga: Mengasihi Tuhan dan Pelayanan

Setelah bertemu Tuhan secara ajaib dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus mengalami perubahan total dalam pandangan hidup, minat, dan cita-citanya. Ia mengatakatan, “Yang sangat kukehendaki dan kuharapkan ialah… Kristus dengan nyata dimuliakan dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah” (Filipi 1:2-22). Kutipan ayat tersebut adalah tulisan tangan Paulus yang mengungkapkan isi hatinya bahwa ia sangat mengasihi Tuhan dan mau melakukan apa saja untuk menyenangkan hati Tuhan.

Paulus rela melakukan apa saja demi Yesus yang sangat ia kasihi, seperti kata-kata pemuda yang sedang jatuh cinta kepada kekasihnya. Demi Yesus, tantangan dan kesulitan apapun akan ia terjang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya.

Bagian Keempat: Bekerja Sebagai Tim

Zig Ziglar mengatakan, “Bekerja lebih dekat dengan sesama karyawan akan memungkinkan Anda mencapai lebih banyak daripada yang bisa Anda lakukan sendiri. Anda menjadi tim.”[13]Begitu juga dengan pelayanananya, Paulus selalu melayani bersama rekan sekerjanya. Dalam perjalanannya yang pertama, Paulus melayani bersama Barnabas disertai Yohanes Markus (Kis 13:4-5). Perjalanan misi kedua, ia bersama Silas (Kis 15:40), Timotius (Kis 16:1-3), dan Lukas (Kis 16:10). Paulus juga pernah bekerja dengan Priskila dan Akwila. Perjalanan yang ketiga, ia bersama Timotius dan Erastus (Kis 19:22), Gayus dan Aristarkus (Kis 19:29).

Paulus menyadari pentingnya teman sekerja dalam pelayananya. Karena Paulus tahu dalam pelayanannya, ia akan menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Maka, dengan cara kerja tim Paulus dapat mengatasi kesulitan yang ada.

Bagian Kelima: Pemuridan

Rick Warren mengatakan bahwa salah satu tujuan utama gereja adalah pemuridan. [14] Tidak hanya untuk mendewasakan kehidupan orang-orang percaya, Paulus juga mempersiapkan kaderisasi. Paulus menyadari tugas pelayanannya sangat luas sedang ia semakin tua. Sebab itu ia perlu untuk melakukan pemuridan agar jangkauan pelayanannya lebih luas dan agar ada generasi penerus yang siap untuk meneruskan pelayanannya.:

Gereja ada untuk mengajar atau mendidik umat Allah. Pemuridan adalah proses untuk menolong orang menjadi lebih seperti Kristus dalam pikiran, perasaan, dan tindakan mereka. Proses ini dimulai ketika seorang dilahirkan kembali dan terus berlanjut sepanjang sisa hidupnya (Kol 1:28). Sebagai jemaat kita dipanggil bukan hanya untuk menjangkau orang lain, tetapi juga untuk mengajar mereka. Setelah seseorang mengambil keputusan untuk mengikut Yesus, ia harus dimuridkan. Tanggungjawab gereja adalah membina orang-orang hingga mencapai kedewasaan rohani.

Pemuridan merupakan salah satu strategi Paulus yang penting, sehingga pada waktu dipanggil Tuhan (dihukum mati oleh pemerintah Romawi, 2 Timotius 4:6-8), pekerjaan Tuhan tetap dapat berjalan terus dengan baik.

Bagian Keenam: Bergantung Pada Pimpinan Roh Kudus

Paulus dan Barnabas memulai perjalanan misi pertama karena diutus oleh Roh Kudus (Kis 13: 2-3).

Menurut Stamps:

Prinsip-prinsip misionaris yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 13 merupakan pola bagi semua gereja yang mengutus misionaris. Pertama, kegiatan misionaris dimulai oleh Roh Kudus lewat para pemimpin rohani yang mengabdi kepada Tuhan, sambil mencari Dia dengan doa dan puasa (ay.2). Kedua, gereja harus peka terhadap bimbingan, pelayanan nubuat, dan kegiatan Roh Kudus. Ketiga, misionaris yang diutus harus pergi dengan panggilan dan kehendak Roh Kudus. Keempat, dengan berdoa, berpuasa, senantiasa selaras dengan kehendak Roh Kudus, gereja meneguhkan bahwa  Allah telah memanggil beberapa orang untuk pekerjaan misi. Sasarannya ialah agar gereja hanya mengutus mereka yang dikehendaki oleh Roh Kudus.[15]

Demikian juga ketika Paulus hendak mengunjungi daerah yang akan diinjili, ia taat terhadap tuntunan Roh Kudus. Ketika hendak pergi ke Asia Paulus dicegah oleh Roh Kudus, lalu beralih ke Frigia dan Galatia (Kis 16:6). Dan ketika di Misia Paulus mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi sekali lagi dicegah oleh Roh Kudus (Kis 16:7).


PENUTUP  

A.    Kesimpulan

Dari penulisan yang berjudul “Pola Kepemimpinan Gerjawi Menurut Pola Kepemimpinan Paulus”, penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang baik adalah seorang pemimpin yang dapat berjalan di depan untuk menunjuk jalan, membuat perubahan ke arah yang lebih baik, memberi teladan serta selalu mengabdikan diri sepenuhnya dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab berdasarkan firman Tuhan dengan baik, bahkan pemimpin tersebut harus dapat bertindak sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.

Pola kepemimpinan Paulus adalah pola yang sangat berpengaruh karena sangat berbeda dengan kepemimpinan yang ada di dunia ini, sebab pola kepemimpian Paulus mempunyai petunjuk khusus dari Tuhan (Kis 9:1-31). Petunjuk istimewa inilah yang menambah semangat dan dorongan bagi Paulus untuk tetap bergantung pada Tuhan dengan melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan berhasil.

Sikap seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin gereja yang taat pada aturan yang ditetapkan oleh Tuhan, serta rela bekerjasama sepenuhnya dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya serta tunduk pada kepemimpinan Tuhan. Seorang pemimpin harus memberikan teladan dan mengabdikan diri, maka ia adalah pemimpin yang siap mengahadapi tantangan untuk melindungi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya dan dapat bertanggungjawab untuk memimpin orang-orang ini agar tetap tinggal dalam firman Tuhan.

B.     Prinsip-Prinsip Teologis Dan Aplikasi

Berdasarkan kesimpulan penulisan makalah yang berjudul “Pengembangan kepemimpinan Gerejawi Menurut Pola Kepemimpinan Rasul Paulus” penulis menemukan prinsip-prinsip yang dapat diaplikasikan dalam pelayanan kepemimpinan gereja.

Dengan demikian dari prinsip-prinsip yang diaplikasikan dapat berdampak bagi para pemimpin gereja, yaitu sebagai berikut:

1)      Pemimpin hanya berpusat kepada Kristus (Kristosentris).

Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen harus melayani sidang jemaat Tuhan dengan penuh kerendahan hati seperti Kristus. Walaupun pemimpin tersebut mempunyai kedudukan yang tinggi dalam gereja, pemimpin harus tetap terlibat untuk melayani kebutuhan jemaat. Misalnya: Pemimpin terlibat dalam kegiatan kunjungan jemaat, konseling pastoral.

2)      Mempunyai Visi atau Tujuan yang Jelas

Aplikasi: Sebelum menjadi seorang pemimpin Kristen harus menyadari bahwa visi utama yang harus ada dalam pribadi pemimpin yaitu, membawa sidang jemaat kepada pengenalan yang benar kepada Kristus.

Misalnya: Dengan cara penyampaian firman Tuhan yang alkitabiah

3)      Mengasihi Tuhan dan Pelayanan

Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen harus mengasihi Tuhan dan pelayanan, sehingga dalam mnenjalankan program dengan sungguh-sungguh. Sehingga melayani bukan karena untuk dilihat manusia atau bukan karena untuk mendapat berkat secara jasmani.

Misalnya: mendoakan pekerjaan Tuhan supaya berjalan dengan baik.

4)      Bekerja Sebagai Tim

Aplikasi: Seorang pemimpin gerejawi harus melibatkan jemaat untuk menjalankan program yang telah disusun, sehinnga mencapai tujuan yang diharapkan.

Misalnya: Melibatkan jemaat untuk ikut dalam panitia ibadah KKR.

5)      Pemuridan

Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen harus menyadari bahwa jemaat adalah milik Allah yang harus dijaga senantiasa sampai kedatangan Tuhan kali yang kedua. Dengan demikian pemimpin Kristen tidak menganggap bahwa jemaat miliknya sendiri dan tidak menganggap bahwa hal kepemimpinan adalah kedudukan pribadi yang dikuasai sendiri,

Misalnya: Mengajar, menyiapkan para majelis gereja untuk menjadi kader pemimpin bagi gereja di waktu mendatang.

6)      Bergantung Pada Pimpinan Roh Kudus

Aplikasi: Seorang pemimpin Kristen harus bergerak sesuai dengan pimpinan Roh Kudus. Bukan membuat program kerja berdasarkan keinginan pribadi.

Misalnya: Ketika Roh Kudus memanggil untuk melakukan misi ke suatu daerah terpencil, pemimpin harus bersedia dan melakukan pelayanan tersebut.

 

 



[1] Yakub Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis (Jakarta: YT, Leadership Foundation, 1997) 5.

[2] Robert L. Peterson, Kepemimpinan Agape (Yogyakarta: Andi, 1991) 4.

[3] Ibid, 6.

[4] Jeff Hammond, Kepemimpinan yang Sukses (Jakarta: Metanoia, 2002) 9.

[5] Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Keempat  (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013) 662.

                [6]Poctavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah,  (Malang: Gandum Mas, 1994) 55.

                [7] Soekarso dan Iskandar Putong, Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis (t.k.:t.p, 2015) 14.

                [8] Yayasan Pelayanan Media Antiokhia, “Ahok dan Nilai-nilai Kristen”, Tabloid Reformata, edisi 180 tahun XI 1-30 Oktober 2014.

                [9] W.R.F. Browning, A Dictionary of the Bible (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011) 118.

                [10] Louis Berkhof, Teologi Sistematika (Surabaya: Momentum, 2008) 5-6.

                [11] J.D, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I, 208.

                [12] Dr. Thomas Hwang, Kristologi (Yogyakarta: ANDI Offset, 2011) 29.

[13] Zig Ziglar, Diatas Segala Puncak Sukses, peny. Lyndon Saputra, pen. Anton Adiwiyoto (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996) 22.

[14] Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2008) 112.

[15] Donald C. Stamps, ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN GEREJAWI MENURUT POLA KEPEMIMPINAN PAULUS"

Posting Komentar