RINGKASAN BUKU: ESKATOLOGI BIBLIKA (Welly Pandensolang)

 

Photo by: Shopee

v  IDENTITAS BUKU

             I.            Pengenalan Umum Buku

1.      Judul Buku                     : ESKATOLOGI BIBLIKA

2.      Penulis                            : Welly Pandensolang

3.      Penerbit                          : ANDI Offset, Yogyakarta

4.      Tahun Terbit                   : 2004

5.      Tebal Buku                     : 248 hlm.

 

          II.            Pengenalan Khusus Buku

1.      Posisi Penulis

Penulis adalah pendeta yang memperoleh gelar M. Div dan Th. M di STII Yogyakarta. Penulis juga menerima panggilan di dunia pendidikan. Latar belakang pendidikan penulis menjadi kesimpulan pelapor bahwa penulis buku memiliki Teologi Injili.

2.      Latar Belakang Buku

Buku ini merupakan hasil dari pengembangan tesis penulis. Buku ini secara induktif mengkaji data Alkitab tentang hal-hal di masa depan (eskatologis).

3.      Susunan Subtema

1.      Pendahuluan Dan Latar Belakang Alkitabiah ……..…………………................1

2.      Persepsi-Persepsi Doktrinal Mengenai Kedatangan Yesus Yang Kedua ……..45

3.      Kematian Sebagai Akibat Dosa ……………………………………………….81

4.      Rapture: Kebangkitan Dan Pengangkatan Gereja ……………………………101

5.      Tribulasi: Masa Penyiksaan Dan Kehancuran Antikris ……………………...129

6.      Kerajaan Syalom: Kedatangan Kristus Sebagai Raja Dalam Kerajaan Damai Di Bumi ………………………………………………………………………….183

7.      Langit Baru Dan Bumi Baru …………………………………………………217

8.      Kesimpulan …………………………………………………………………..231

 

v  RINGKASAN BUKU

  1. Pendahuluan Dan Latar Belakang Alkitabiah

Secara terminologi “eskatologi” terbentuk dari kata eskhatos (Yunani), yang artinya “akhir” atau “terakhir”, dan logos artinya “Firman” atau “ajaran”. Secara teologis, istilah ini dipakai untuk menjelaskan doktrin eskatologi, yakni mengungkapkan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang, meliputi: hari pencurahan Roh Kudus (Kis.2:17), kedatangan Antikris (2Tim.3:1; Yak.5:3; 2Ptr.3:3; Yud. 1:18; 1Yoh.2:18), akhir pembinasaan musuh Kristus (1Kor.15:26), sangkakala terakhir menjelang kedatangan Kristus (1Kor.15:52), kedatangan Kristus (Ibr.1:2), kebangkitan orang mati dan penghakiman yang akan datang (Yoh.6:39-40; 1Ptr.1:5), dan menjelaskan karakter Kristus yang Mahakekal (Why.1:17).

Aspek esensial doktrin eskatologi ialah fakta futuristic, yaitu pengungkapan sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang melalui nubuat pada masa lampau. Sebab itu fokus nubuat Alkitab menjadi fokus dominan dalam penyelidikan dan pembahasan doktrin eskatologi. Dalam menafsirkan nubuat tersebut harus ditunjang oleh hukum penafsiran nubuat yang kurat; Pertama, intepretasi literal yakni tafsiran yang merupakan hasil dan pengamatan terhadap cara Allah menyatakan dan memenuhi wahyu-Nya. kedua, “Double Reference” ialah nubuat yang mempersatukan dua peristiwa yang digenapi secara terpisah jauh, di mana penggenapan yang satu terjadi dalam kala kini atau lampau, sedangkan yang lain bersifat futuristic. Ketiga, aspek waktu. Kelima, perspektif global. Keenam, aspek gramatikal ialah metode penafsiran yang menekankan pada tata bahasa asli Alkitab. Ketujuh, fakta historis. Kedelapan, berpusat pada Kristus.

Alasan mengapa studi nubuat Alkitab penting untuk dipelajari adalah (1) Porsi nubuat dalam Alkitab cukup banyak. (2) Perintah Ilahi (Yoh.5:39). (3) Pengertian yang akurat akan bermanfaat untuk mengetahui perspektif llahi tentang karya dan rencana Allah dalam sejarah serta peristiwa-peristiwa terkait yang terjadi di dalamnya. (4) Penyelidikan terhadap nubuat mendorong peningkatan kehidupan doa dan rohani orang Kristen. (5) Pemahaman nuuat Alkitab memberikan pengertian orang-orang Yahudi serta posisi mereka dalam sejarah dunia. (6) Pengenalan akan hal-hal yang akan datang menyebabkan orang-orang beriman tidak takut dan tidak merasa terancam oleh tekanan dan kejahatan dunia sebab orang-orang percaya memiliki pengharapan yang teguh kepada kedatangan Kristus untuk menyelamatkan umat-Nya.

“Perjanjian Allah” (berit) adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan perjanjian antara Allah dengan manusia. Perjanjian itu meliputi: perjanjian Allah dengan Abraham (Kej.12:1-3), para imam (Bil.25:12-13), Daud (2Sam.23:5), perjanjian baru (Yer.31:31-33).  Terdapat 3 karakter dalam perjanjian, yakni: (1) rencana Allah yang bersifat futuristic. (2) Janji-jani itu menuntut iman yang progresif dari pribadi-pribadi untuk mempercayakan kepastian penggenapan akan karya ilahi Allah. (3) Janji Allah bersifat pasti, persis, dan spesifik.

Istilah yang lazim terdengar dalam eskatologi ialah parousia yang berarti “penampakan” atau “keberadaan”. Secara teologis, penampakan yang dimaksud ialah kehadiran atau kedatangan Yesus yang kedua, yang meliputi repture yaitu kehadiran Kristus di angkasa untuk mengangkat gereja-Nya (1Tes.4:16-17), dan kedatangan Kristus ke bumi untuk memerintah dalam kerajaan-Nya (Why.20:4-6). Permasalahan pokok yang perlu dituntaskan dalam tulisan ini ialah bagaimana konsep dan ajaran “pengangkatan gereja” dan “kedatangan Kristus yang kedua di bumi”. Untuk itu, usaha penggalian serta penyelidikan secara cermat terhadap teks asli Alkitab menjadi solusi dan cara utama.

Berkaitan dengan masalah yang ada, maka ada beberapa alasan yang mendorong dilakukan penyelidikan tersebut, yakni: Alasan eskatologis, kristologis, soteriologis, misiologis, serta eksegesis dan hermeneutic.

  1. Persepsi-Persepsi Doktrinal Mengenai Kedatangan Yesus Yang Kedua

Istilah “liberal” dipahami sebagai teologi yang mendasarkan ajarannya tidak pada Alkitab, melainkan pada rasio serta penemuan-penemuan secara empiris. Para sarjana liberal, seperti: H. S. Reimarus (1694-1769), G. E. Lessing (1728-81), D. F. Strauss (1808-74), dan J. E. Renan (1823-92), tidak mempercayai kebenaran Injil. Paham teologi liberal mengajarkan bahwa masyarakat saat ini sedang menuju kepada realisasi Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukan sesuatu yang terjadi pada masa datang yang bersifat supernatural, tetapi sudah terjadi sekarang melalui penerapan prinsip-prinsip etika Yesus di dalam kehidupan manusia. dengan demikian konsep kedatangan Kristus yang kedua untuk mengangkat gereja dan memerintah dalam Kerajaan Millennium di bumi tidak ditemukan dalam eskatologi kaum liberal. Pandangan ini telah menyebabkan nubuat eskatologis yang akan terjadi secara literal di masa depan, tidak ditemukan di dalam lingkup pengajaran teologi liberal.

Terjadi suatu perbedaan persepsi antara sejumlah pandangan tertentu yang menyoroti doktrin tentang rapture dan Kerajaan Millennium. Penganut amillennialisme dan postmillenialisme beranggapan bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dan sedang terjadi pada saat ini melalui gereja. Sebab itu, tidak akan ada lagi pengangkatan gereja dan Kerajaan Millennium secara literal di bumi yang akan datang. Pandangan posttribulasi, midtribulasi, dan partial yakin bahwa gereja akan masuk dan mengalami siksaan di masa tribulasi. Premillennialisme dispensasional, berdasarkan bukti alkitabiah serta argumentasi teologis, menjelaskan bahwa repture dan Kerajaan Seribu Tahun akan direalisasikan secara literal di masa yang akan datang. Gereja tidak akan ditimpa murka. Sebaliknya, jemaat akan diangkat sebelum masa tribulasi itu terjadi. Namun, harus disadari bahwa pembuktiaan berdasarkan teologi sistematika murni tampaknya belum sepenuhnya meyakinkan serta memberikan alasan yang lebih objektif.

  1. Kematian Sebagai Akibat Dosa

Secara etimologi dosa berasal dari kata hatta (Ibrani. Muncul 580X dalam PL), artinya gagal mencapai sasaran yang dituju (Hak.20:16). Dalam bahasa Yunani, hamartia (227X PB) yang memiliki gagasan dasar sama dengan hatta. Tetapi hamartia lebih menekankan pada seluruh kejahatan yang diakibatkan oleh emosi, intelek, dan etika manusia (Kis.2:38). Kesimpulannya adalah dosa merupakan tindakan seseorang yang tidak mencapai sasaran yang benar, tetapi menuju pada target yang salah yaitu, kebejatan, pemberontakan, keserakahan, kejahatan, memiliki jalan yang tidak benar, pelanggaran terhadap hukum Allah, serta tidak beriman kepada Kristus.

Menurut Alkitab, dosa dikategorikan dalam 3 jenis, antara lain: (1) Dosa warisan adalah keadaan berdosa dari semua orang yang dibawa sejak lahir. Hukuman dosa warisan adalah kematian rohani, yaitu pemisahan kehidupan manusia dari kehidupan Allah. Solusi bagi dosa warisan adalah hidup baru di dalam Kristus dan karunia Roh Kudus. (2) Dosa imputasi atau pelimpahan ialah dosa yang diturunkan secara langsung dari Adam kepada setiap orang dalam tiap-tiap generasi. Hukuman atas dosa pelimpahan adalah kematian jasmani (Rm. 5:13-14). Solusi bagi dosa ini adalah kebenaran Kristus yang dilimpahkan  kepada setiap orang yang percaya dan menerima Kristus. (3) Dosa pribadi adalah perbuatan jahat yang dilakukan sendiri oleh setiap orang yang telah memiliki rasa tanggung jawab tanpa disebabkan atau berasal dari Adam, orangtua atau orang lain. Akibat dari dosa pribadi bagi orang yang belum percaya Yesus ialah hilangnya persekutuan dan hubugan dengan Allah. Akiba bagi orang percaya adalah hilangnya sukacita dan rusaknya persekutuan dengan Allah. Solusi bagi dosa pribadi adalah pengampunan Kristus.

Alkitab mengajarkan akibat dosa ialah maut (Rm.3:23). Secara teologis diartikan sebagai hukuman kekal di neraka. Tempat dan suasana ini disiapkan secara khusus bagi Iblis, nabi palsu, dan semua orang yang menolak Kristus (Why.20:5-10).

Menurut Alkitab, kematian adalah perpisahan antara tubuh dan roh/jiwa atau keadaan tubuh yang tidak memiliki roj (Yak.2:26). Keberadaan orang mati dalam PL dijelaskan dengan kata Ibrani, yarad (Kej.37:35; 42:38). Sheol ialah tempat orang mati yang berada di bagian bumi yang paling bawah. Dalam Septuaginta (PB) kata Sheol diterjemahkan hades, tempat ini tidak sedang menunjuk surga, tetapi penampungan jiwa bagi orang yang telah mati – baik bagi orang percaya maupun bagi orang fasik. Tetapi hanya ruangannya yang berbeda (Peristiwa Abraham dan Lazarus dengan orang kaya). Setelah Yesus naik ke sorga, jiwa orang percaya telah meninggal dunia tidak lagi ke hades, melainkan langsung diangkat ke sorga.

  1. Rapture: Kebangkitan Dan Pengangkatan Gereja

Kata parousia dipakai untuk menjelaskan kedatangan Kristus yang kedua. Pada prinsipnya terjadi dua tahap. Tahap pertama, Kristus akan datang di awan-awan atau di udara untk mengangkat gereja-Nya. Tahap kedua, Kristus datang menginjakan kaki-Nya di bumi bersama umat-Nya.

Kedatangan Kristus untuk mengangkat jemaat ditandai dan didahului dengan tiupan sangkakala malaikat dan seruan yang nyaring. Kemudian, diikuti dengan kehadiran Tuhan Yesus di angkasa, namun tidak menginjakan kaki-Nya di bumi. Pada saat itulah, pengangkatan orng percaya terjadi. Kedatangan Kristus dari sorga dan perjumpaan-Nya dengan gereja terjadi di angkasa (1Tes.4:17). Saat repture setiap orang yang percaya akan menerima tubuh kemuliaan. Kedatangan Kristus terjadi secara “tiba-tiba” dan tidak dapat diprediksi atau diantisipasi sebelumnya oleh siapapun.

Alkitab menyatakan bahwa Tuhan telah berjanji dan menjamin secara pasti bahwa jemaat-Nya akan diangkat ke angkasa sebelum murka yang menyala-nyala itu terjadi (Rm.5:9; 1Tes.1:10). Gereja tidak berhenti di angkasa setelah diangkat melalui peristiwa rapture. Sesudah itu, gereja akan menghadap takhta pengadilan Kristus yang disebut bema. Bema tidak menentukan apakah seseorang diselamtkann atau masuk ke neraka, sebab keselamtan telah pasti. Pengadilan itu akan menentukan perolehan pahala sebagai upah yang akan diterima berdasarkan perbuatan baik. Atau kehilangan mahkota karena perbuatan jahat yang dilakukan jemaat selama berada di bumi (2Kor.5:10). Hadiah yang diterima oleh jemaat ialah sejumlah mahkota. (1) Mahkota abadi ialah upah yang diterima oleh orang yang senantiasa mempertahkan kekudusan hidup (1Kor.9:25). (2) Mahkota kemegahan ialah uapah bagi jemaat yang tekun dalam panggilan pelayanan untuk memenangkan jiwa bagi Kristus (1Tes.2:19). (3) Mahkota kebenaran ialah upah yang dikaruniakan bagi orang percaya yang senantiasa menantikan kedatangan Kristus yang kedua dengan penuh iman (2Tim.4:8). (4) Mahkota kehidupan diserahkan bagi jemaat yang setia melayani dan memuliakan Yesus (Yak.1:12). (5) Mahkota kemuliaan khusus diberikan kepada para gembala jemaat yang tekun dalam tugas penggembalaan (1Ptr.5:4).

Meskipun tidak banyak ayat yang mencatat momentum ini, gagasan peritiwa Perkawinan Anak Domba Allah terbukti dalam surat Paulus yang menyebutkan gereja adalah “tunangan Kristus” (2Kor.11:2) dan mempelai perempuan dari Kepala Gereja (Ef.5:23-27). Peristiwa ilahi yang terjadi (Why.19:7) merupakan momen pernikahan rohani antara Kristus dengan gereja-Nya yang terjadi di sorga pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali.

  1. Tribulasi: Masa Penyiksaan Dan Kehancuran Antikristus

Bagian terpanjang, yang mencakup tiga belas pasal dari seluruh kitab Wahyu (pasal 6-18), digunakan untuk mencatat seluruh kejadian masa tribulasi. Istilah tribulasi berasal dari tribulum (Latin), yaitu suatu alat untuk memisahkan jagung dari kulit arinya. Dalam bahasa Inggris tribulation, artinya kesengsaraan. Gagasan inilah yang kemudian dipakai dalamm dunia teologi, khususnya dalam doktrin eskatologi untuk menjelaskan konsep tribulasi, yaitu masa kesengsaraan yang dahsyat sebagai akibat dari tindakan Antikristus dan murka Allah yang sangat mengerikan yang menimpa semua manusia yang diam di bumi saat itu (Why.3:10).

Alkitab menyebutkan adanya beberapa tujuan dari masa kesengsaraan itu. (1) Mempersiapkan Israel sebagai bangsa untuk menyambut dan menerima kedatangan Mesias. (2) Memberikan kesempatan terakhir bagi bangsa-bangsa lain untuk menerima Yesus. (3) Menjadi hukuman atau murka yang setimpal bagi barbagai bangsa atau orang yang menolak Kristus. Dengan demikian sangat jelas tujuan pengangkatan gereja ialah untuk memindahkan gereja dari bumi ke sorga melalui rapture guna menghindarkan malapetaka dan siksaan yang melanda seluruh bumi. Sementara itu, tujuan kedatangan Kristus yang kedua ke bumi ialah untuk menghancurkan kekuatan dunia yang dipimpin oleh Antikristus, sebagai permulaan dari pemerintahan-Nya di dalam Kerajaan Seribu Tahun.

Masa tribulasi berlangsung selama tujuh tahun terbagi atas dua periode, yakni tiga setengah tahun pertama disebut sebagai masa “kesusahan” (Yer.30:7) dan tiga setengah tahun kedua dikenal dengan masa “kesusahan besar” (Why.7:14).

Antikristus dipahami dalam dua kategori, yakni dan Antikristus “tunggal” atau “seorang” (1Yoh.2:8) adalah seorang penguasa otoriter yang akan muncul untuk menguasai dunia, menghujat Kristus, dan memproklamsikan dirinya sebagai “Allah” yang harus disembah oleh seluruh bangsa di dunia (2Tes.2:4; Why.13:6-10). Si penyesat ini akan tampil sebagai penguasa dunia dalam masa tribulasi. Dan kelompok Antikristus yang bersifat “jamak” menunjuk pada orang-orang, bangsa, atau kelompok yang memiliki karakter menyerupai sifat Antikristus yang tunggal tersebut. Mereka adalah kelompok-kelompok yang anti terhadap Kristus dan gereja-Nya, kelompok ini sudah ada dalam dunia.

Si penyesat itu akan menjadi penguasa konfederasi sepuluh kerajaan yang dilukiskan dengan “sepuluh tanduk” (Dan.7:7-24; Why.13:10). Ia akan menjadi dictator atas seluruh bumi, dan akan mengadakan perjanjian damai dengan Israel selama tujuh tahun. Dalam kekuasaanya Atikristus akan mengendalikan sepuluh raja atau kerajaan yang kuat. Bukan hanya politik dan militer yang dikuasai, tetapi perekonomian dunia juga dikuasai oleh Antikristus. Seluruh penduduk bumi harus tunduk menyembah Antikristus jika ingin masuk ke dalam dunia usaha dan menjalankan aktivitas perekonomian. Sehingga dengan angkuhnya Antikristus mengukuhkan dirinya sebagai “Allah” yang wajib disembah oleh seluruh manusia (Mat.24:15). Akibatnya, agama dunia yang tunggal di bawah kendali Antikristus sebagai pusat ibadah dan penyembahan.

Meskipun gereja telah diangkat ke sorga, dalam masa tribulasi Injil sebagai kekuatan Allah (Rm.1:16) akan terus-menerus diberitakan ke seluruh pelosok dunia. Sejumlah kelompok untuk melaksanakan misi tersebut adalah 144.000 orang Yahudi (Why.7:4-8), para martir (Why.20:4), dua saksi (Why.11:2-3), dan malaikat (Why.14:6). Pada akhir tiga setengah tahun pertama dari tribulasi hingga menjelang dimulainya periode tiga setengah tahun kedua, yaitu masa kesusahan besar, Allah menumpahkan hukuman dari sorga kepada manusia-manusia durhaka di bumi. Ketika Anak Domba membuka ketujuh meterai, terlihatlah sejumlah hukuman yang akan ditumpahkan bagi dunia. Peristiwa lain yang terjadi pada pertengahan masa kesusahan ialah kejadian Antikristus membatalkan perjanjian damai tujuh tahun dengan Israel (Dan.9:27). Dalam tiga setengah tahun kedua, keluarlah Antikristus dari dalam laut dan bertindak sebagai agen Setan (Why. 13:4, 8). Penyembahan kepada Allah dihentikan dan penyembahan kepada binatang tersebut saja yang diijinkan. Tetapi, saat tertentu dalam masa tiga setengah tahun pertama, sistem keagamaan Antikristus akan dihancurkan oleh sepuluh raja yang bersekutu saat itu (Why.17:16-18). Namun, pada tiga setengah tahun kedua penyesat itu akan dilumpuhkan secara dahsyat melalui murka Allah yang terdiri dari enam sangkakala (Why.8-9) dan tujuh cawan (Why.15-16).

Menjelang berakhirnya masa tribulasi besar segala bangsa dipimpin Antikristus akan berkumpul di Harmagedon untuk menyerang Yerusalem. Ketika langit terbuka, Krisstus turun dengan laskar-Nya dan disaksikan setiap mata di bumi. Maka, terjadilah pertempuran dan Mesias dengan mudahnya menghancurkan Antikristus. Kekalahan tersebut menyebabkan Antikristus dan nabi palsu dijatuhkan ke dalam lautan api. Peristiwa ini terjadi menjelang berdirinya Kerajaan Damai Seribu tahun di bumi. Ketika datang kembali, Kristus akan memimpin secara adil dan benar sejumlah sidang pengadilan, baik bagi orang percaya maupun bagi mereka yang menolak-Nya.

Pertama, Pengadilan Orang Percaya. Sesudah pengangkatan gereja ke angkasa, orang percaya akan menghadap bema (Kursi Pengadilan Kritus) bukan untuk menentukan selamat atau tidak. Namun, untuk menentukan mahkota yang akan diterima berdasarkan pahalanya. Kedua, Pengadilan Israel. Pengadilan Israel diadakan untuk menentukan orang Israel yang tidak diselamatkan akan dibinasakan sebelum Kerajaan Seribu Tahun, dan orang Israel yang selamat akan masuk ke dalam Kerajaan Seribu Tahun dengan tubuh yang belum diubahkan sehingga memungkinkan untuk dapat berkembang biak. Ketiga, Pengadilan Bangsa-Banga. Pengadilan ini ditujukkan kepada bangsa-bangsa yang masih hidup namun percaya Kristus dalam masa tribulasi akan masuk dalam Kerajaan Seribu Tahun dengan tubuh yang tidak diubahkan. Mereka yang tidak diselamatkan akan dibuang ke lautan api. Keempat, Pengadilan Malaikat-Malaikat yang Jatuh. Semua malaikat yang jatuh akan diadili dalam pengadilan ini. Dasar pengadilannya adalah dosa karena mereka mengikuti Setan dalam pemberontakan terhadap Allah. kelima, Pengadilan Takhta Putih. Pengadilan ini tidak untuk menentukan keselamatan orang-orang yang binasa dari segala zaman yang sesat dan tidak beriman kepada Yesus.

  1. Kerajaan Syalom: Kedatangan Kristus Sebagai Raja Dalam Kerajaan Damai Di Bumi

Ada dua kelompok yang menolak adanya Kerjaan Seribu Tahun: (1) Kaum Postmillenium, menganggap Kerajaaan Seribu Tahun tidak terjadi secara literal seribu tahun. Selama periode ini, pemerintahan dan Kerajaan Allah tetap berlangsung, walaupun tanpa kehadiran Kristus secara fisik. Secara optimis, kaum ini mengharapkan suasana dunia semakin membaik. Ketika kondisi dunia mencapai puncaknya, maka Kristus datang. (2) Kaum Amillenialisme, menganggap Kerajaan Seribu Tahun tidak pernah ada. Wahyu 20 hanya merupakan simbol.

Secara tegas Alkitab mengajarkan tentang Kerajaan Seribu Tahun. Kristus bersama orang-orang percaya yang akan memerintah. Kedatangan Kristus yang kedua berhubungan erat dengan penggenapan Kerajaan Allah. (1) Kerajaan Allah secara Universal yakni penggenapan kekuasaan dan kedaulatan Sang Pencipta dalam mengendalikan, menguasai, serta memerintah alam semesta, memerintah atas bangsa-bangsa, dan berdaulat atas segala penguasa dunia. (2) Kerajaan rohani, yang menunjuk pada lingkungan kepatuhan yang suka rela kepada Allah. (3) Kerajaan universal itu diimplementasikan melalui kerajaan Daud.

Seusai mengadakan selebrasi pesta Anak Domba, lalu sorga terbuka untuk mempersiapkan Kristus yang akan turun ke bumi. Karena kerajaan itu adalah Kerajaan Damai, tentunya semua penyesat harus dilenyapkan terlebih dahulu sehingga seluruh bumi hanya didiami oleh orang-orang benar dan mulia. Dengan firman sebagai pedang yang keluar dari mulut Kristus itulah yang akan menghancurkan musuh-musuh-Nya. Musuh-musuh yang akan dihancurkan oleh Kristus adalah bangsa-bangsa yang berpihak kepada Antikristus, binatang, nabi palsu, dan Antikristus. Ketika menghancurkan para musuh-Nya, Kristus diiringi oleh orang-orang saleh-Nya. Keterangan serta bukti-bukti firman Allah secara tegas menyatakan bahwa kerajaan yang dinantikan oleh umat percaya itu bersifat nyata dan literal. Sejumlah alasan objektif berdasarkan pengungkapan teks Alkitab dapat diketengahkan demi membuktikan kebenaran itu.

Dalam Kerajaan Damai tersebut, Kristus sebagai Raja di atas segala raja akan memerintah bersama dengan gereja untuk menghakimi bagsa-bangsa serta malaikat yang jatuh. Sedangkan para martir, Israel yang diselamatkan dan bangsa-bangsa non-Yahudi yang percaya kepada Kristus, merekalah yang akan menjadi penguin Kerajaan Damai itu. Kerajaan Damai memiliki sifat pemerintahan Teokrasi yakni Kristus sebagai keturunan Daud yang akan menjadi pusat pemerintahannya. Suasana yang terjadi dalam kerajaan itu hanyalah kedamaian sebab keadilan dan kemakmuran ditegakkan oleh Sang Raja. Umur manusia yang tinggal pun sampai lanjut, sebab kutuk sudah tidak ada.

Dari rangkaian pengadilan yang digelar oleh Kristus sebagai Hakim yang adil, dua diantaranya akan dilakukan pada akhir Kerajaan Milleniim, yakni pengadilan terhadap Iblis dan pengadilan takhta putih bagi orang-orang yang menolak Kristus. Kedua pengadilan tersebut tidak menentukan pemberian keselamatan melainkan hanya untuk menjatuhkan hukuman kekal di lautan api.

  1. Langit Baru Dan Bumi Baru

Sesuai dengan kesaksian Alkitab, setelah Kerajaan Millenium langit dan bumi sekarang ini akan dimusnahkan. Selanjutnya Allah akan mencipta langit dan bumi sebagai tempat kekal orang percaya. Ia juga menyediakan lautan api sebagai tempat yang menolak-Nya (Why. 14:10-11; 19:20; 20:10-15; 22:1-8).

Yerusalem Baru merupakan kota yang literal diturunkan Tuhan dari sorga ke bumi yang baru. Kota itu memiliki kemuliaan dan keilahian yang terlihat dalam karakter-karakter sucinya, yakni: kota bahagia, kota yang baru dan suci, kota mahamegah, kota mahaindah, kota pesona, dan kota abdi. Dalam kota itu akan dihuni oleh Bapa, Anak Domba, dan Roh Kudus (Allah Tritunggal), dan Israel serta gereja-Nya, bahkan semua orang suci dari segala abad, tanpa memandang ras atau zamannya (Ibr. 12:22-24). Aktivitas penyembahan kepada Allah Tritunggal serta kesenangan dan kehormatan sebagai “raja” yang diterima dan dialami oleh setiap orang percaya masih berlangsung di dalam bumi dan Yerusalem Baru hingga kekekalan (Why. 22:5).

 

Kesimpulan

Dalam bab ini, hanya berisi uraian mengenai evaluasi yang memuat rangkuman keseluruhan isi tulisan dan nilai praktis yang berupa penerapan dan manfaat langsung bagi gereja masa kini.

v  EVALUASI BUKU

A.    Kelebihan/Kekuatan Buku

1.      Bab terakhir yang berisi evaluasi dan nilai praktis ini, menjadi point penting bagi pembaca untuk me-review pembacaanya dan mengambil nilai praktika yang dapat diterapkan.

2.      Penulis dengan rajin memberikan ayat referensi sebagai bukti biblikanya.

3.      Penulis juga mencantumkan isu-isu teologis untuk pembelajan lebih dalam lagi.

4.      Diksi dari penulis memudahkan pembaca untuk memahami uraian materinya.

B.     Kekurangan/Kelemahan Buku

1.      Beberapa isu yang dipaparkan, tidak semuanya dijawab oleh penulis.

2.      Penulis tidak menyertakan chart dalam menjelaskan kronologis peristiwa-peristiwanya, sehingga pembaca sedikit kesulitan dalam menggambarkannya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "RINGKASAN BUKU: ESKATOLOGI BIBLIKA (Welly Pandensolang)"

Posting Komentar