JANGAN MENGHAKIMI
Seorang
suami berkonsultasi dengan dokter THT melalui email: “Istri saya sudah
tuli”, keluh seorang suami kepada dokter pribadinya. “Saya harus bicara
berkali-kali padanya, barulah ia mengerti.” Sang dokter lantas memberi
usul: “Bicaralah dengannya dari jarak sepuluh meter. Jika tak ada respons,
coba dari jarak lima meter, lalu dari jarak satu meter. Dari situ kita akan
tahu tingkat ketuliannya.”
Si
suami mencobanya. Dari jarak sepuluh meter, ia bertanya pada istrinya, “Kamu
masak apa malam ini?” Tak terdengar jawaban. Ia mencoba dari jarak lima
meter, bahkan satu meter, tetap saja tak ada respons. Akhirnya ia bicara di
dekat telinga istrinya, “Masak apa kamu malam ini?” Si istri menjawab: “Sudah
empat kali aku bilang: sayur asam!” Rupanya, sang suamilah yang tuli.
Begitulah
gambaran seseorang yang suka menghakimi sesamanya. Lalu, bagaimakah seharusnya
kita hidup dengan sesama kita di dunia ini, menurut Matius 7:1-5?
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, adapun kebenaran Firman Tuhan mengenai; bagaimakah seharusnya kita hidup dengan sesama kita di dunia ini, menurut Matius 7:1-5, adalah sebagai berikut
Eksposisi
: (Mat 7:1 ITB)
(ay.1) Jangan
kamu menghakimi,
supaya
kamu tidak dihakimi.
(Analisa untuk kata-kata yang akan menjadi penekanan)
-
Μὴ à negative
particle
o
Not,
lest à jangan, tidak, bukan, tanpa
-
κρίνετε à verb
imperative present active 2nd person plural
o
Kata
kerja. Imperative (KBBI=
bentuk perintah untuk kalimat atau verba yg menyatakan
larangan atau keharusan melaksanakan perbuatan). Kini. Aktif. Orang ke-2.
Jamak.
§ judge à hakim, menilai, mengeritik, menduga, mengadili.
§ Put asunder à meletakkan kehancuran
§ Determine à memutuskan
§ Resolve à menetapkan
§ Decree à memutuskan (dengan surat)
§ Prefer à melebihkan
§ Opinion à memberikan pendapat
§ Deem à menganggap
-
ἵνα à conjunction
subordinating
o
kata
penghubung
-
μὴ à negative
particle
-
κριθῆτε· à verb
subjunctive aorist passive 2nd person plural
o
Kata
kerja. Subyungtif = jika
tindakan itu potensial/kemungkinan (penegasan mengenai hubungan di antara
tindakan dengan realitasnya yang belum tentu terjadi/secara objektif dapat
terjadi). Aoris = tindakan hanya sekali untuk selamanya. Pasif. Orang ke-2.
Jamak.
§ judge à hakim, menilai, mengeritik, menduga, mengadili.
§ Put asunder à meletakkan kehancuran
§ Determine à memutuskan
§ Resolve à menetapkan
§ Decree à memutuskan (dengan surat)
§ Prefer à melebihkan
§ Opinion à memberikan pendapat
§ Deem à menganggap
-
κάρφος à noun accusative neuter singular common
o
kata
benda. Akusatif (berfungsi objek langsung).
Netral. Tunggal.
§ Speck = noda, bintik
§ Chip = keping
§ A small piece of straw = serbuk jerami.
-
δοκὸν à noun
accusative feminine singular common
o
kata
benda. Akusatif (berfungsi objek langsung).
Feminim. Tunggal.
§ beam of wood = balok, tiang.
[Teks ini seringkali disalah artikan dan dijadikan
sebagai alasan oleh sebagian orang untuk menghindari penilaian terhadap orang
lain (tidak seorang pun berhak menilai pendapat atau tindakan orang lain). Kita perlu memahami
konteks kalimat ini terlebih dahulu, supaya kita mengerti maksud perkataan
Yesus di atas bukit tersebut].
Kata menghakimi (mē
krinete)
di teks ini, bukan berarti kita tidak boleh menilai atau mengoreksi orang lain.
Kecaman yang Yesus berikan bukanlah untuk kita tidak boleh menilai atau
mengoreksi orang lain, malainkan Yesus mengecam bagaimana sikap atau cara kita dalam menilai orang lain. Jika segala penilaian
dilarang, bagaimana kita dapat menajamkan sesama kita (Ams.27:17). Perhatikanlah bagian ayat ke-5, di situ Yesus
tidak melarang kita untuk mengambil selumbar di mata orang lain. Hanya saja,
kita harus melakukannya dengan cara yang tepat, yaitu harus terlebih dahulu
kita mengeluarkan balok yang mengahalangi penglihatan kita. Dengan demikian
kita tidak menjadi orang munafik. Jadi, kata menghakimi (mē krinete à krinō) yang dimaksud oleh Yesus adalah tindakan menghakimi orang lain
dengan cara yang salah.
Kata “jangan menghakimi” (mē krinete à krinō) memiliki makna imperative yang berarti
ini adalah sebuah perintah
larangan yang tegas yang sedang Yesus sampaikan kepada orang-orang yang
mendegarkan-Nya. Dengan demikian jelaslah bahwa kita tidak berhak sama sekali menjadi hakim
untuk sesama kita.
Larangan Yesus tersebut bukanlah
sebuah hal yang dapat kita sepelekan begitu saja atau dengan kata lain kita
dapat mengabaikan perintah ini. Pada kalimat selanjutnya (1b), Yesus juga telah
menegaskan alasan mengapa kita tidak boleh menghakimi orang lain, yakni; “…
supaya kamu tidak dihakimi”. Pada ayat ke-2, kata yang dipakai untuk istilah
ini adalah κριθῆτε yang memiliki makna subyungtif (sesuatu hal yang besar kemungkinan
terjadi atau pasti terjadi) Artinya ketika kita menghakimi orang lain kita
sendiri sebenarnya juga menerima penghakiman. Dan penghakiman yang akan kita
terima itu adalah pasti
terjadi atau tidak terelakkan. Perhatikanlah ayat ke-2 yang menerangkan
ukuran penghakiman yang akan kita terima yaitu sesuai dengan ukuran yang kita
pakai untuk menghakimi orang lain.
Perhatikanlah ayat ke-3, ilustrasi yang Yesus berikan
kepada orang yang suka menghakimi. Yesus mengambarkan kepada orang yang suka
menghakimi tersebut seperti orang yang sedang berusaha mengeluarkan selumbar di mata orang
yang sedang dihakiminya. Tetapi tanpa disadari bahwa sebenarnya ada balok kayu di matanya
sendiri. Perbandingan yang Yesus berikan sangatlah berbeda jauh. Kata yang
dipakai untuk selumbar adalah κάρφος yang
diartikan sebagai serbuk jerami. Sedangkan kata balok yang dipakai adalah δοκὸν yang diartikan sebagai balok kayu, atau tiang. Dengan demikian,
kita melihat sebuah perbandingan yang sangat jauh. Dan orang yang menghakimi
orang lain sebenarnya memiliki kesalahan yang lebih besar dari orang yang
dihakimi tersebut.
Sesuatu hal yang tidak masuk akal yang terlihat dalam
ayat ke-4, yang dilakukan oleh orang yang menempatkan diri sebagai seorang
hakim, bagaimana bisa ia mengeluarkan (memperbaiki) selumbar (kesalahan) di
mata saudaranya, sedangkan ia sendiri matanya tertutup dengan balok/tiang kayu
yang besar.
Jadi hanya kemunafikanlah yang dikerjakan oleh orang-orang yang suka menghakimi sesamanya, tetapi tidak mau mengoreksi diri sendiri. Seperti yang telah disampaikan Yesus pada ayat yang ke-5. Dan hal inilah yang Yesus maksudkan mengenai larangan untuk tidak menghakimi orang lain.
Aplikasi :
1) Suami-suami
yang dikasihi Tuhan Yesus, perhatikanlah dahulu diri anda sendiri apakah anda
sudah mengasihi istri anda sesuai dengan Firman Tuhan, ataukah anda masih belum
bisa mengasihi istri anda,
2) Istri-istri
apakah anda sudah tunduk dengan suami anda,
3) Anak-anak
sudahkah kalian hormat kepada orang tua,
4) Saudara-saudara
sudahkah anda menghargai orang lain,
ð Kalau
kita belum bisa melakukan itu semua, jangan pernah menuntun orang lain untuk
berubah dan menjatuhkan penghakiman kepada orang lain, supaya kita sendiri
tidak dihakimi.
ð Jadi, masih maukah anda menjadi hakim bagi sesamamu?
Kesimpulan :
Tuhan
Yesus tidak menyalahkan kepada kita untuk menilai/mengoreksi orang lain. Tetapi
yang Yesus kecam dan yang Yesus ajarkan adalah bagaimana cara kita mengoreksi
orang lain. Jangan menjadi seorang yang munafik, yang hanya melihat kesalahan
orang lain dan menghakiminya tetapi tidak pernah mau melihat kesalahan diri
sendiri dan mau memperbaikinya.
0 Response to "JANGAN MENGHAKIMI"
Posting Komentar