JANGAN MENGHAKIMI

 

Photo by: Pexels
Photo by: Pexels

JANGAN MENGHAKIMI

Seorang suami berkonsultasi dengan dokter THT melalui email: “Istri saya sudah tuli”, keluh seorang suami kepada dokter pribadinya. “Saya harus bicara berkali-kali padanya, barulah ia mengerti.” Sang dokter lantas memberi usul: “Bicaralah dengannya dari jarak sepuluh meter. Jika tak ada respons, coba dari jarak lima meter, lalu dari jarak satu meter. Dari situ kita akan tahu tingkat ketuliannya.”

Si suami mencobanya. Dari jarak sepuluh meter, ia bertanya pada istrinya, “Kamu masak apa malam ini?” Tak terdengar jawaban. Ia mencoba dari jarak lima meter, bahkan satu meter, tetap saja tak ada respons. Akhirnya ia bicara di dekat telinga istrinya, “Masak apa kamu malam ini?” Si istri menjawab: “Sudah empat kali aku bilang: sayur asam!” Rupanya, sang suamilah yang tuli.

Begitulah gambaran seseorang yang suka menghakimi sesamanya. Lalu, bagaimakah seharusnya kita hidup dengan sesama kita di dunia ini, menurut Matius 7:1-5?

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, adapun kebenaran Firman Tuhan mengenai; bagaimakah seharusnya kita hidup dengan sesama kita di dunia ini, menurut Matius 7:1-5, adalah sebagai berikut

*      Eksposisi : (Mat 7:1 ITB)

(ay.1) Jangan kamu menghakimi,

supaya kamu tidak dihakimi.

(Analisa untuk kata-kata yang akan menjadi penekanan)

-          Μὴ à negative particle

o        Not, lest à jangan, tidak, bukan, tanpa

-          κρίνετε à verb imperative present active 2nd person plural

o        Kata kerja. Imperative (KBBI= bentuk perintah untuk kalimat atau verba yg menyatakan larangan atau keharusan melaksanakan perbuatan). Kini. Aktif. Orang ke-2. Jamak.

§  judge à hakim, menilai, mengeritik, menduga, mengadili.

§  Put asunder à meletakkan kehancuran

§  Determine à memutuskan

§  Resolve à menetapkan

§  Decree à memutuskan (dengan surat)

§  Prefer à melebihkan

§  Opinion à memberikan pendapat

§  Deem à menganggap

-          ἵνα  à conjunction subordinating

o        kata penghubung

-          μὴ à negative particle

-          κριθῆτε· à verb subjunctive aorist passive 2nd person plural

o        Kata kerja. Subyungtif = jika tindakan itu potensial/kemungkinan (penegasan mengenai hubungan di antara tindakan dengan realitasnya yang belum tentu terjadi/secara objektif dapat terjadi). Aoris = tindakan hanya sekali untuk selamanya. Pasif. Orang ke-2. Jamak.

§  judge à hakim, menilai, mengeritik, menduga, mengadili.

§  Put asunder à meletakkan kehancuran

§  Determine à memutuskan

§  Resolve à menetapkan

§  Decree à memutuskan (dengan surat)

§  Prefer à melebihkan

§  Opinion à memberikan pendapat

§  Deem à menganggap

-          κάρφος à noun accusative neuter singular common

o        kata benda. Akusatif (berfungsi objek langsung). Netral. Tunggal.

§  Speck = noda, bintik

§  Chip = keping

§  A small piece of straw = serbuk jerami.

-          δοκὸν à noun accusative feminine singular common

o        kata benda. Akusatif (berfungsi objek langsung). Feminim. Tunggal.

§  beam of wood = balok, tiang.

 

[Teks ini seringkali disalah artikan dan dijadikan sebagai alasan oleh sebagian orang untuk menghindari penilaian terhadap orang lain (tidak seorang pun berhak menilai pendapat atau  tindakan orang lain). Kita perlu memahami konteks kalimat ini terlebih dahulu, supaya kita mengerti maksud perkataan Yesus di atas bukit tersebut].

Kata menghakimi (mē krinete) di teks ini, bukan berarti kita tidak boleh menilai atau mengoreksi orang lain. Kecaman yang Yesus berikan bukanlah untuk kita tidak boleh menilai atau mengoreksi orang lain, malainkan Yesus mengecam bagaimana sikap atau cara kita dalam menilai orang lain. Jika segala penilaian dilarang, bagaimana kita dapat menajamkan sesama kita (Ams.27:17).  Perhatikanlah bagian ayat ke-5, di situ Yesus tidak melarang kita untuk mengambil selumbar di mata orang lain. Hanya saja, kita harus melakukannya dengan cara yang tepat, yaitu harus terlebih dahulu kita mengeluarkan balok yang mengahalangi penglihatan kita. Dengan demikian kita tidak menjadi orang munafik. Jadi, kata menghakimi (mē krinete à krinō) yang dimaksud oleh Yesus adalah tindakan menghakimi orang lain dengan cara yang salah.

Kata “jangan menghakimi” (mē krinete à krinō) memiliki makna imperative yang berarti ini adalah sebuah perintah larangan yang tegas yang sedang Yesus sampaikan kepada orang-orang yang mendegarkan-Nya. Dengan demikian jelaslah bahwa kita tidak berhak sama sekali menjadi hakim untuk sesama kita.

Larangan Yesus tersebut bukanlah sebuah hal yang dapat kita sepelekan begitu saja atau dengan kata lain kita dapat mengabaikan perintah ini. Pada kalimat selanjutnya (1b), Yesus juga telah menegaskan alasan mengapa kita tidak boleh menghakimi orang lain, yakni; “… supaya kamu tidak dihakimi”. Pada ayat ke-2, kata yang dipakai untuk istilah ini adalah κριθῆτε yang memiliki makna subyungtif (sesuatu hal yang besar kemungkinan terjadi atau pasti terjadi) Artinya ketika kita menghakimi orang lain kita sendiri sebenarnya juga menerima penghakiman. Dan penghakiman yang akan kita terima itu adalah pasti terjadi atau tidak terelakkan. Perhatikanlah ayat ke-2 yang menerangkan ukuran penghakiman yang akan kita terima yaitu sesuai dengan ukuran yang kita pakai untuk menghakimi orang lain.

Perhatikanlah ayat ke-3, ilustrasi yang Yesus berikan kepada orang yang suka menghakimi. Yesus mengambarkan kepada orang yang suka menghakimi tersebut seperti orang yang sedang berusaha mengeluarkan selumbar di mata orang yang sedang dihakiminya. Tetapi tanpa disadari bahwa sebenarnya ada balok kayu di matanya sendiri. Perbandingan yang Yesus berikan sangatlah berbeda jauh. Kata yang dipakai untuk selumbar adalah κάρφος yang diartikan sebagai serbuk jerami. Sedangkan kata balok yang dipakai adalah δοκὸν  yang diartikan sebagai balok kayu, atau tiang. Dengan demikian, kita melihat sebuah perbandingan yang sangat jauh. Dan orang yang menghakimi orang lain sebenarnya memiliki kesalahan yang lebih besar dari orang yang dihakimi tersebut.

Sesuatu hal yang tidak masuk akal yang terlihat dalam ayat ke-4, yang dilakukan oleh orang yang menempatkan diri sebagai seorang hakim, bagaimana bisa ia mengeluarkan (memperbaiki) selumbar (kesalahan) di mata saudaranya, sedangkan ia sendiri matanya tertutup dengan balok/tiang kayu yang besar.

Jadi hanya kemunafikanlah yang dikerjakan oleh orang-orang yang suka menghakimi sesamanya, tetapi tidak mau mengoreksi diri sendiri. Seperti yang telah disampaikan Yesus pada ayat yang ke-5. Dan hal inilah yang Yesus maksudkan mengenai larangan untuk tidak menghakimi orang lain.

*      Aplikasi                      :

1)      Suami-suami yang dikasihi Tuhan Yesus, perhatikanlah dahulu diri anda sendiri apakah anda sudah mengasihi istri anda sesuai dengan Firman Tuhan, ataukah anda masih belum bisa mengasihi istri anda,

2)      Istri-istri apakah anda sudah tunduk dengan suami anda,

3)      Anak-anak sudahkah kalian hormat kepada orang tua,

4)      Saudara-saudara sudahkah anda menghargai orang lain,

ð  Kalau kita belum bisa melakukan itu semua, jangan pernah menuntun orang lain untuk berubah dan menjatuhkan penghakiman kepada orang lain, supaya kita sendiri tidak dihakimi.

ð  Jadi, masih maukah anda menjadi hakim bagi sesamamu? 

*      Kesimpulan    :

Tuhan Yesus tidak menyalahkan kepada kita untuk menilai/mengoreksi orang lain. Tetapi yang Yesus kecam dan yang Yesus ajarkan adalah bagaimana cara kita mengoreksi orang lain. Jangan menjadi seorang yang munafik, yang hanya melihat kesalahan orang lain dan menghakiminya tetapi tidak pernah mau melihat kesalahan diri sendiri dan mau memperbaikinya.

 

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "JANGAN MENGHAKIMI"

Posting Komentar