RINGKASAN BUKU: MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA (Tiga Pertanyaan Penting) - Tremper Longman III

 

Photo by: Literatur SAAT

v  IDENTITAS BUKU

             I.            Pengenalan Umum Buku

1.      Judul Asli           : Making Sense Of The Old Testament

2.      Judul Buku         : MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA (Tiga Pertanyaan Penting)

3.      Penulis                : Tremper Longman III

4.      Penerjemah         : Cornelius Kuswanto

5.      Penerbit              : Literatur SAAT, Malang

6.      Tahun Terbit       : 2012, Cet. Ke-3

7.      Tebal Buku         : 158 hlm. ; 21 cm.

8.      ISBN                  : 979-9532-06-0

 

          II.            Pengenalan Khusus Buku

1.      Posisi Penulis

Penulis adalah seorang professor Perjanjian Lama di Western Collage dan seorang pakar Alkitab terkemuka. Dia telah menulis banyak buku berbobot dan popular.

2.      Latar Belakang Buku

Buku ini hadir dengan harapan besar dari penulis supaya dapat membangkitkan dalam diri pembaca sebuah perasaan pentingnya PL bagi iman dan praktik hidup orang Kristen. Penulis juga berdoa agar kata-katanya dapat menolong orang-orang yang bergumul dengan tafsiran yang benar dari wahyu tertulis Tuhan yang tertua untuk manusia ciptaan-Nya.

3.      Susunan Subtema

Prakata dari Pengarang ...….………………………………………………………vii

1.      Apakah Kunci-kunci untuk Mengerti Perjanjian Lama ...………………….....1

2.      Apakah Tuhan Perjanjian Lama juga Tuhan Perjanjian Baru ….…………...49

3.      Bagaimanakah Orang Kristen Mengaplikasikan Perjanjian Lama dalam Kehidupan ………………………………………………………………….103

Catatan-catatan ….………………………………………………………………..143

Bacaan yang Direkomendasikan …………………………………………………151

                                   

 

v  RINGKASAN BUKU

Prakata

Penulis mengawali karyanya ini dengan fenomena (fakta) bahwa kebanyakan orang Kristen sukar menghargai dan mengerti PL. Kita terpisah dari PL bukan saja dari posisinya dalam sejarah penebusan, tetapi juga dalam waktu dan kebudayaan. PL berisi buku yang sukar ditafsir dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Penulis juga mengakui PB memiliki daya tarik). Argumentasi penulis dalam buku ini ialah penting bagi kita untuk menghargai dan mengerti PL.

1.      Apakah Kunci-Kunci Untuk Mengerti Perjanjian Lama

Sebuah Tinjauan Terhadap Studi Perjanjian Lama: Hal-hal Yang Menarik Dan Rintangan-rintangan untuk Mengerti Perjanjian Lama.

Hal-hal Yang Menarik Dari Perjanjian Lama:

1)      Cerita-cerita yang Menarik Perhatian. PL merupakan cerita-cerita dengan kepribadian yang hidup. Kita mempunyai sebuah pengertian intuitif bahwa potret-potret kepribadian ini diberikan untuk menolong kita mengemudikan kehidupan.

2)      Syair-syair yang Menggugah Hati. Puisi dalam bahasa Ibrani kuno merupakan bahasa yang padat yang mengutarakan banyak hal dalam beberapa kata , tsaja. Puisi tidak hanya memberikan informasi kepada intelek kita, tetapi juga merangsang emosi, menstimulasi imaginasi, dan mempengaruhi kehendak kita.

3)      Gambar-gambar Allah. Melalui gambar-gambar, Tuhan menyatakan diri kepada umat-Nya, sementara Ia juga menutupi diri-Nya. Itulah sifat metafora yang mengkomunikasikan apa yang benar tetapi tidak seutuhnya. Metafora untuk Tuhan dalam PL adalah metafora-metafora hubungan.

4)      Bimbingan untuk Kehidupan. Orang Kristen tertarik PL karena PL dapat memberikan penerangan yang dapat memimpin kita.

5)      Latar Belakang untuk Perjanjian Baru. Konklusi yang kita dapati ialah kita tidak mungkin mengerti sungguh-sungguh PB tanpa mendalami PL.

Rintangan-rintangan Untuk Mengerti PL

1)      Perjanjian Lama panjang dan isinya beraneka ragam. Bagian Alkitab ini merupakan 77% dari Alkitab. Keanekaragaman buku-buku juga merupakan rintangan yang hebat, ditambah lagi dengan terjemahan yang kurang mengutarakan bahasa aslinya.

2)      Perjanjian Lama sudah kuno. Kekunoan Alkitab menjadi tantangan bagi pengertian kita. Kita melupakan betapa jauhnya kita dari PL dalam perhitungan waktu.

3)      Perjanjian Lama beda budayanya. Kebudayaan sukar dijelaskan karena asal usul, motivasi dan perkembangannya adalah fenomena yang amat kompleks.

4)      Posisi dalam sejarah penebusan. Iman kita sepatutnya berpusat pada Yesus Krsitus yang mati di salib dan dibangkitkan untuk menyelamatkan kita dari dosa. Tetapi kita menemukan PL sebuah agama yang membuat acuh.

Prinsip-prinsip Untuk Tafsiran Yang Berhasil

1)      Temukan arti yang dimaksud oleh pengarang. Kita harus mempersilakan Alkitab mengkritik kita, kita harus objektif terhadap subjektivitas, dan selalu sadar ada yang tersembunyi di bawah permukaan. Serta harus berpegang erat pada pendapat bahwa arti mencakup kepentingan.

2)      Membaca Alkitab menurut konteksnya. Maksudnya ialah membaca paragraph tersebut berdasar pengenalan tentang letak paragraph tersebut dalam keseluruhan Alkitab.

3)      Mengidentifikasikan genre dari kitab dan paragrafnya. Alkitab mencakup bermacam-macam genre kuno.

4)      Memperhatikan latar belakang sejarah dan budaya dari Alkitab. Tuhan menulis pekerjaan-Nya melalui genre pada zaman itu, dengan memakai kebiasaan-kebiasaan sastra setempat. Kita harus membawa diri kita kembali ke zaman kuno, yaitu zaman pembaca mula-mula.

5)      Memperhatikan tata bahasa dan struktur Alkitab. Perhatikan kata penghubung, tense kata kerja, dan kata sifat yang menerangkan waktu. Arti dalam Alkitab tidak terdapat dalam kata-kata yang terisolasi melainkan dalam konteks, yaitu dalam kalimat-kalimat dan paragraph-paragraf.

6)      Menafsir pengalaman berdasar terang Alkitab, Bukan menafsir Alkitab berdasar pengalaman. Latar belakang telah membentuk kita dan akan mempengaruhi kita dalam mendekati Alkitab. Tetapi kita harus membiarkan Alkitab membentuk pengalaman kita dan bukan membiarkan pengalaman kita membentuk pengertian kita tentang Alkitab.

7)      Selalu mencari penjelasan menyeluruh dari Alkitab. Tuhanlah Pengarang Utama dari seluruh Alkitab, jadi kita tidak boleh membaca Alkitab terisolasi dari semua.

8)      Mendapatkan bagaimana bagian Alkitab mengajar tentang Yesus Kristus. Kita perlu mempelajari tema-tema dan analogi-analogi yang terdapat dari Kejadian sampai Wahyu.

9)      Mempunyai hati yang lapang dan toleran dengan tafsiran-tafsiran lain. Kesalahan tidak boleh ditoleran dan Alkitab tidak salah. Kita masih memiliki hal-hal yang belum jelas, dan apa yang Alkitab biarkan belum jelas kita harus menghormati dengan hati lapang dan toleran.

2.      Apakah Tuhan Perjanjian Lama Juga Tuhan Perjanjian Baru

Banyak orang merasa terdapat gap yang tidak dapat dijembatani antara konsep Allah di PL dan di PB. Mereka menekankan perbedaan antara kedua Perjanjian bahkan mengklaim bahwa kedua Perjanjian ini saling berkontradiksi.

Pembacaan Alkitab yang sepintas akan menyebabkan seseorang mengkontraskan gambaran Allah yang ada di dua Perjanjian. Apakah Allah PL kejam atau Allah PB penuh kasih.

Kita memperhatikan bahwa Alkitab menjauhkan diri dari spekulasi dan abstraksi tentang Allah, malah Alkitab memakai kata-kata untuk menggambarkan hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Kita memilih untuk menyelidiki tiga dari tema ini untuk melihat apakah Allah PL berbeda dengan Allah PB. Dalam pengamatan kita melihat bagaimana perjanjian-perjanjian dalam PL menuju ke PB. Kita kagum ketika mengetahui bahwa Yahweh pahlawan Ilahi dari PL mengantisipasi peperangan-peperangan dari Yesus dalam PB. Kita mengikuti cerita bagaimana Allah yang berdiam dengan umat-Nya mengalahkan pemberontakan manusia ysng membawa dari Taman ke Yerusalem Baru.

Penulis memberikan konklusinya bahwa Alkitab memberikan sebuah kesatuan gambar Allah. Allah PB jelas adalah Allah PL. Tetapi kesatuan gambar ini tidak statis. Allah secara progresif menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya sepanjang masa. Baying-bayang PL menuju kepada kenyataan PB. Ketika Agustinus memandang kepada Yesus Kristus sebagai penggenapan PL, Agustinus meringkaskan dengan indah: “PB tersembunyi dalam PL; PL dinyatakan dalam PB.”

3.      Bagaimanakah Orang Kristen Mengaplikasikan Perjanjian Lama Dalam Kehidupan

Wahyu Alkitab berkembang melalui waktu. Allah makin mewahyukan diri-Nya sampai Yesus Kristus. Kita melihat bagaimana seluruh PL mengantisipasi kedatangan Kristus. Dia menggenapi pengharapan PL. Jadi, hubungan antara PL dan PB merupakan kesinambungan dan ketidaksinambungan. Ada kesinambungan karena Allah PL dan PB adalah Allah yang sama dan karena Yesus Kristus diantisipasi di PL dan dinyatakan di PB. Tetapi ketidaksinambungan karena ketika kita melihat bagian-bagian PB yang terisolasi. Yesus mengajarkan bahwa satu iota pun dari Kitab Suci tidak dapat dihilangkan. Tetapi Paulus mengatakan bahwa kita telah bebas dari hukum Taurat (Rm. 7:4-6). Jadi apakah kita masih harus melakukan hukum PL?

Dalam hal ini, penulis memberikan dua pendekatan hermeneutika yang berkembang saat ini yang mengakibatkan masalah ini, yaitu ajaran dispensasi dan teonomi. Meskipun kedua ajaran ini sangat ortodoks, tetapi keduanya sangat berbeda pendapat mengenai hubungan PL dan PB. Ajaran teonomi mengajarkan kesinambungan PL dan PB, sedangkan ajaran dispensiasi menekankan ketidaksinambungan PL dan PB. Maka untuk mendapatkan pengertian yang benar tentang tanggungjawab orang Kristen terhadap hukum, kita harus mengamati dengan baik hukum PL terhadap petunjuk-petunjuk PB akan hal ini.

Sifat dari hukum PL. Hukum PL ialah koleksi hukum-hukum yang Allah berikan kepada bangsa Israel selama zaman Musa.

Hukum moral, sipil, dan ritual. Dalam pengamatan hukum Musa, kita mendapati bahwa hukum-hukum ini berhungan dengan isu-isu penting yang beraneka ragam dan mencakup hubungan antara Allah dengan manusia dan antara sesama manusia.

Sepuluh hukum dan hukum kasus. Penulis mengkonklusikan bahwa hukum kasus dari PL, yang bertentangan dengan Sepuluh Hukum, masih asing bagi kita yang hidup di lingkungan industri kota pada permulaan millennium ketiga. Theonomis dan dispensasi tidak dapat meresponi ini bagi pengertian kita tentang wahyu Alkitab atau bagi kebutuhan-kebutuhan zaman sekarang.

Dari hukum yang spesifik kepada hukum yang umum. Ketika menyelidiki kesinambunngan dan ketidaksinambungan antara PL dan PB, perlu diingat bahwa latar belakang PL, hukum kasus sebaiknya dimengerti sebagai kekhususan dari Sepuluh Hukum. Tuhan menyatakan kehendak-Nya untuk kehidupan kita melalui Alkitab. Hukum PL dengan tuntutannya yang eksplisit menjadi tempat yang jelas ountuk mengetahui kehendak-Nya. Tetapi tidak begitu mudah untuk mengaplikasikannya ke zaman PB. Perlu diperhitungkan perbedaan-perbedaan kebudayaannya, dan sejarah penebusannya. Tiap hukum dan hukuman perlu diselidiki dalam terang perbedaan antara PL dan PB. Ajaran teonomi begitu menekankan kesinambungan dan mengabaikan ketidaksinambungan yang ada. Kita bukan hidup di masa sebelum Mesias datang, jadi kita harus sensitif terhadap isu-isu ketidaksinambungan. Serta perlu berhati-hati dengan ajaran teonomi yang ekstrim, dan perlu mengingat hukum PL, ketika dibaca menurut konteks kanonisnya, boleh memberikan pengertian kepada kita tentang kehendak Tuhan bagi kehidupan kita.

Alasan mengapa kita banyak memakai halaman untuk mendiskusikan tentang hukum di PL. Pertama, hukum PL memberikan jawaban atas pertanyaan, “Bagaimana orang Kristen mengaplikasikan PL ke dalam kehidupan? Dalam bentuk yang bernada perintah, hukum Tuhan di PL bermaksud untuk membentuk pola hidup umat Tuhan. Kedua, dengan hukum di PL Tuhan bermaksud membimbing kehidupan umat-Nya.

Diskusi selanjutnya adalah bagaimana PL secara keseluruhan mempunyai aplikasi dengan kehidupan kita pada masa ini. Dalam hal inipenulis memberikan langkah-langkahnya, dan setiap langkah yang diberikan oleh penulis bersifat integral (untuk masuk ke langkah selanjutnya tidak boleh melupakan langkah yang sebelumnya)..

1)      Firman Tuhan sebagai benih dan cermin. Kita mengetahui bagaimana sebuah cermin bekerja. Sebelum meninggalkan rumah kita bercermin dahulu agar tahu apakah kita patut bertemu dengan orang lain. Akibatnya mungkin kita perlu mencukur kumis, menyisir rambut, atau meluruskan dasi. Begitulah ketika kita membaca Alkitab, kita mempunyai pandangan yang benar terhadap diri dan emosi kita, sebuah ukuran dari sikap kita terhadap Tuhan.

2)      Sejarah: pelajaran dari masa lalu. Sejarah adalah selektif, dibentuk dan ditafsir, dan fokus dari sejarah PL ialah pada apa yang Tuhan lakukan di dunia ini, bukan pada kuasa politik, militer, atau ekonomi semata. Sejarah dipersembahkan dari sebuah perspektif penafsiran tertentu, yaitu sebuah keyakinan bahwa Tuhan yang menggerakkan peristiwa-peristiwa dalam dunia ini.

3)      Puisi: sebuah anatomi dari jiwa. Puisi ialah bahasa hati, sebuah cermin dari jiwa kita. Puisi adalah media dari kasih dan percakapan yang intim. Sebab puisi merupakan gaya yang dipilih oleh kitab-kitab nubuat dan doa-doa dari bangsa Israel.

4)      Hikmat: memimpin kehidupan dalam dunia yang tidak tentu. Hikamt dalam PL konsep yang lebih dalam dari pada intelegensia. Hikmat bukan hanya sebuah pengetahuan tentang fakta-fakta tersebut sehingga fakta-fakta tersebut menjadi nyata dalam dunia ini. Hikmat mengetahui bagaimana melakukan sesuatu, jadi hikmat ialah sebuah kemampuan. Hikmat merupakan sebuah pengertian yang dapat memimpin kehidupan setiap hari.

5)      Kitab nabi-nabi: peringatanp-peringatan dan pengharapan. Dalam tugas nabi sebagai pemberita hukuman, kita melihat ajaran etkianya. Kita harus membaca karangan mereka bukan hanya sebagai sebuah laporan sejarah, tetapi sebagai nasihat bagaimana mengikuti Allah dengan lebih dekat.

Kesimpulan dari pertanyaan mengenai; “Bagaimana orang Kristen mengaplikasikan PL ke dalam kehidupan?” Jawabannya bukan hanya menempatkan diri dalam posisi dari pendengar pertama dan bertindak sebagaimana mereka bertindak, karena ada kesinambungan dan ketidaksinambungan di antara kedua Perjanjian. Kebenaran ini sepatutnya bukan untuk menakutkan kita, sebaliknya kebenaran ini lebih menggairahkan kita dalam menggali Firman Tuhan dengan lebih rindu dan lebih dalam.


v  EVALUASI BUKU

A.    Kutipan Terbaik

Penulis memberikan pemahaman dengan nada yang persuasif kepada pembaca bagaimana cara mendekati teks Alkitab:

“Kita telah melihat bahwa kita harus amat hati-hati dengan tafsiran dan aplikasi kita terhadap teks Alkitab yang amat kaya. Prinsip-prinsip yang didiskusikan dalam pasal ini boleh menjadi petunjuk dasar bagi tafsiran yang bertanggung jawab. Meskipun prinsip-prinsip ini bukan formula ajaib, tetapi mereka dapat menghalangi kita dari perbuatan bodoh yang hanya mau menyenangkan diri kita saja dengan mengutarakan keinginan-keinginan dan pransangka-prasangka kita ketika membaca teks Alkitab.[1]


B.     Kelebihan/Kekuatan Buku

1.      Penulis bukan hanya menyajikan gagasan-gagasan teologinya untuk menambah pengetahuan pembaca. Namun argumen-argumen yang penulis sampaikan dalam buku ini, berhasil membuat pembacanya lebih menghargai dan mengerti PL.

2.      Dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan penulis tidak secara langsung memberikan jawabannya, tetapi penulis memberikan penjelasan-penjelasan yang baik terlebih dahulu. Hal ini justru dapat merangsang pembaca untuk aktif berpikir (terlibat) ikut menemukan jawabannya sendiri (meskipun pada akhirnya penulis memberikan konklusi sebagai jawabannya).

3.      Penulis menolong pembaca untuk memahami perbedaan-perbedaan diantara kedua Perjanjian ini dan memberikan pembaca prinsip-prinsip praktis untuk menguasai yang diajarkan oleh penulis.

4.      Penulis mengingatkan kepada pembaca akan streotip-streotip salah yang mungkin dimiliki oleh para pembaca.

5.      Argumen penulis telah memperlihatkan penyataan Allah di Perjanjian Lama adalah konsisten dengan pandagan dari Perjanjian Lama.

C.    Kekurangan/kelemahan Buku

1.      Gaya penulisan penulis yang tidak secara langsung menjawab permasalahan dapat mengurangi minat atau semangat pembaca untuk menikmati karyanya ini, bahkan dapat membiaskan pemahaman para pembaca atas tema buku ataupun judul tiap bab.

2.      Dari sisi editor, buku ini memiliki kelemahan dalam hal banyaknya kata-kata yang diketik salah.


v  SARAN-SARAN, BERKAT PRIBADI, DAN APLIKASI

A.    Saran

Prinsip-prinsip untuk memahami Perjanjian Lama yang diberikan oleh penulis dalam bukunya ini, bukanlah suatu prinsip yang “ajaib”, dengan sekali membaca dan mengaplikasikannya pembaca secara serta-merta langsung dapat memahami Perjanjian Lama.

Dengan demikian, pembaca perlu melakukan studi yang lebih ekstensif lagi untuk menemukan prinsip-prinsip yang lain. Selanjutnya yang terutama adalah sebuah keharusan bagi kita untuk tetap memiliki kerendahan hati dalam mempelajari Perjanjian Lama ini, serta bergantung pada Allah Sang Pemilik Firman.

B.     Berkat Pribadi

Setelah melakukan  kegiatan laporan baca ini (membaca, memahami, meringkas dan memberikan evaluasi) pelapor semakin memiliki ketertarikan terhadap Perjanjian Lama serta menerima pemahaman yang lebih bagaimana menarik prinsip-prinsip dalam Perjanjian Lama yang kemudian pelapor aplikasikan dalam masa sekarang ini.

C.    Aplikasi

1.      Saya harus lebih lagi mencintai/menghargai Perjanjian Lama.

2.      Perjanjian Lama harus dilihat secara komprehensif dan saling memiliki korelasi, bukan secara terputus-putus.

3.      Memahami Perjanjian Lama adalah Firman Allah yang relevan bagi orang Kristen di setiap zaman. Bukan hanya sebuah koleksi dokumen-dokumen kuno saja.

4.      Harus dilihat bahwa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu kesatuan.



[1] Bagian; Bab 1. Apakah Kunci-kunci Untuk Mengerti Perjanjian Lama (hlm. 48).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "RINGKASAN BUKU: MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA (Tiga Pertanyaan Penting) - Tremper Longman III"

Posting Komentar